Wednesday, December 22, 2010

KEJAHATAN KAPITALIS

Pemikiran Kapitalisme adl sebuah sistem ekonomi yg filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Sistem ini telah banyak melahirkan malapetaka terhadap dunia. Tetapi ia terus melakukan tekanan-tekanannya dan campur tangan politis sosial dan kultural terhadap bangsa-bangsa di dunia.

SEJARAH BERDIRI DAN TOKOH-TOKOHNYA

Eropa pernah diperintah kerajaan Romawi yg telah mewariskan sistem feodalistik.

Dalam rentang waktu antara abad ke-14 sampai abad ke-16 muncul apa yg disebut kelas bourgeois mengiring tahap feodal dimana keduanya saling mengisi.

Kemudian sejak awal abad ke-16 secara bertahap fase borjuis disusul dgn fase kapitalisme.

Maka yg pertama kali muncul ialah seruan kebebasan menyusul seruan-seruan nasionalisme sekuler dan penciutan dominasi spiritual Paus.

Di Perancis kemudian muncul aliran bebas pada pertengahan abad ke-18 yg melahirkan kaum naturalis .

Para propagandisnya yg terkenal antara lain

Francois Quesnay . Lahir di Versailes Perancis dan bekerja sebagai dokter di istana Louis XV. Tetapi ia lbh mengutamakan bidang ekonomi dan mendirikan aliran lesphisiocrates. Tahun 1756 ia menerbitkan dua buah makalah tentang para petani dari selatan. Pada tahun 1758 ia menerbitkan tabel ekonomi yg disebut La Tableau Economique yang di dalamnya digambarkan peredaran uang di dalam masyarakat sebagai peredaran darah. Tentang tabel tersebut Mirabeau berkata “Di dunia ini terdapat tiga penemuan besar yaitu tulisan mata uang dan tabel ekonomi.”

John Locke meramu teori naturalisme liberal. Tentang hak milik ia berkata “Hak milik pribadi adl salah satu hak alam dan instink yg tumbuh bersama pertumbuhan manusia. Karena itu tak ada seorangpun yg mengingkari instink ini.”

Adam Smith adl penganut aliran klasik terkenal. Ia lahir di kota Kirkcaldy Scotlandia. Belajar filsafat dan pernah menjadi guru besar logika di Universitas Glasgow. Tahun 1766 ia pergi ke Perancis dan bertemu dgn para penganut liberalisme. Tahun 1776 ia menerbitkan Penelitian Alam dan Sebab-sebab Kekayaan Manusia. Buku inilah yg dikatakan kritikus Edmund Burke sebagai karya tulis teragung yg pernah ditulis manusia.

David Ricardo yg membahas hukum pembagian hasil percapita dalam ekonomi kapitalisme. Teorinya yg terkenal ialah Hukum Pengurangan Penghasilan. Kata orang ia berorientasi falsafi yg bercampur dgn dorongan moral. Hal ini didasarkan kepada ucapannya “Segala perbuatan dipandang menghilangkan moral jika bukan keluar dari perasaan cinta kepada orang lain.”

Robert Malhus seorang ekonom Inggris klasik yg dikenal pesimistis. Ia penemu teori kependudukan yg populer bahwa jumlah penduduk berkembang menurut deret ukur sedangkan produksi pertanian berkembang menurut deret hitung.

John Stuart Mill yg dipandang sebagai penghubung aliran individualisme dgn aliran sosialisme. Tahun 1836 ia menerbitkan buku yg berjudul Prinsip-prinsip Ekonomi Politik.

Lord Keynes teorinya berkisar tentang pengangguran dan lapangan kerja. Teori ini telah melampaui teori-teori yg lain. Karena itu dialah yg berjasa dalam menciptakan lapangan kerja secara utuh bagi suatu kekutan aktif di masyarakat kapitalis. Teori-teorinya itu disebut dalam bukunya yg berjudul Teori Umum Tentang Lapangan Kerja Bursa dan Mata Uang. Buku ini beredar pada tahun 1930.

David Hume penemu teori pragmatisme yg integratif. Ia mengatakan “Hak milik khusus adl tradisi yg dianut masyarakat yg harus diikuti. Sebab disanalah manfaat mereka.”

Prinsip-prinsip Kapitalisme

  • Mencari keuntungan dgn berbagai cara dan sarana kecuali yg terang-terangan dilarang negara krn merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya.
  • Mendewakan hak milik pribadi dgn membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang mengerahkan kemampuan dan potensi yg ada utk meningkatkan kekayaan dan memeliharanya serta tidak ada yg menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yg cocok utk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yg yg sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan keamanan.
  • Perfect Competition .
  • Price system sesuai dgn tuntutan permintaan dan kebutuhan dan bersandar pada peraturan harga yg diturunkan dalam rangka mengendalikan komoditas dan penjualannya.

Bentuk Kapitalisme

  • Kapitalisme perdagangan yg muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil produksinya dari satu tempat ke tempat lain sesuai dgn kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen
  • Kapitalisme industri yg lahir krn ditopang oleh kemajuan industri dgn penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan revolusi industri di Inggris dan Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di atas dasar pemisahan antara modal dan buruh yakni antara manusia dan mesin.
  • Sistem Kartel yaitu kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan utk memonopoli pasar dan pemerasan seluas-luasnya. Aliran ini tersebvar di Jerman dan Jepang.
  • Sistem Trust yaitu sebuah sistem yg membentuk satu perusahaan dari berbagai perusahaan yg bersaing agar perusahaan tersebut lbh mampu berproduksi dan lbh kuat utk mengontrol dan menguasai pasar.

Pemikiran dan Keyakinan-keyakinan lainnya Aliran naturalisme yg merupakan dasar kapitalisme ini sebenarnya menyerukan hal-hal sebagai berikut :

  • Kehidupan ekonomi yg tunduk kepada sistem natur yg bukan buatan manusia. Dengan sifat seperti itu akan mampu mewujudkan pengembangan hidup dan kemajuan secara simultan.
  • Tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi dan membatasi tugasnya hanya utk melindungi pribadi-pribadi dan kekayaan serta menjaga keamanan dan membela negara.
  • Kebebasan ekonomi bagi tiap individu di mana ia mempunyai hak utk menekuni dan memilih pekerjaan yg sesuai dgn kemauannya. Tentang kebebasan seperti ini diungkapkan dalam sebuah prinsip yg sangat masyur dgn semboyan “Biarkan ia bekerja dan biarkan ia berlalu.”
  • Kepercayaan kapitalisme terhadap kebebasan yg tiada batas telah membawa kekacauan keyakinan dan perilaku. Ini melahirkan berbagai konflik di Barat yg kemudian melanda dunia sebagai akibat dari kehampaan pemikiran dan kekosongan ruhani.
  • Rendahnya upah dan tuntutan yg tinggi mendorong tiap anggota keluarga bekerja. Akibvatnya tali kekeluargaan putus dan sendi-sendi sosial di kalangan mereka runtuh.

Pendapat Adam Smith yg paling penting ialah tentang ketergantungan peningkatan perekonomian kemajuan dan kemakmuran kepada kebebasan ekonomi yg tercermin pada Kebebasan individu yg memberikan seseorang bebas memilih pekerjaannya sesuai dgn kemampuannya yg dapat mewujudkan penghasilan yg dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Kebebasan berdagang di mana produktivitas peredaran produksi dan distribusinya berlangsung dalam iklim persaingan bebas.

Kaum kapitalis memandang kebebasan adl suatu kebutuhan bagi individu utk menciptakan keserasian antara dirinya dan masyarakat. Sebab kebebasan itu adl suatu kekuatan pendorong bagi produksi krn ia benar-benar menjadi hak manusia yg menggambarkan kehormatan kemanusiaan.

Segi-segi Negatif Kapitalisme

  • Sitem buatan manusia.Sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar utk mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan umum.
  • Egoistik.Dalam sistem kapitalisme individu dan sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar utk mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan umum.
  • Monopolostik.Dalam sistem kapitalisme seorang kapitalis memonopoli komoditas dan menimbunnya. Apabila barang tersebut habis di pasar ia mengeluarkannya utk dijual dgn harga mahal yg berlipat ganda mencekik konsumen dan orang-orang lemah.
  • Terlalu berpihak kepada hak milik pribadi.Kapitalisme terlalu mengagungkan hak milik pribadi. Sedangkan komunisme malah menghilangkan hak milik pribadi.
  • Persaingan.Sistem dasar kapitalisme membuat kehidupan menjadi arena perlombaan harga. Semua orang berlomba mencari kemenangan. Sehingga kehidupan dalam sistem kapitalisme berubah menjadi riba di mana yg kuat menerkam yg lemah. Hal ini sering menimbulkan kebangkrutan pabrik atau perusahaan tertentu.
  • Perampasan tenaga produktif.Kapitalisme membuat para tenaga kerja sebagai barang komoditas yg harus tunduk kepada hukum permintaan dan kebutuhan yg menjadikan dia sebagai barang yg dapat ditawarkan tiap saat. Pekerja ini bisa jadi sewaktu-waktu diganti dgn orang lain yg upahnya lbh rendah dan mampu bekerja lbh banyak dan pengabdiannya lbh baik.
  • Pengangguran.Suatu fenomena umum dalam masyarakat kapitalis ialah munculnya pengangguran yg mendorong pemilik perusahaan utk menambah tenaga yg akan memberatkannya.
  • Kehidupan yg penuh gejolak.Ini adl akibat logis dari persaingan yg berlangsung antara dua kelas. Yang satu mementingkan pengumpulan uang dgn segala cara. Sedangkan yg satu lagi tidak diberi kesempatan mencari sendiri kebutuhan pokok hidupnya tanpa kenal belas kasihan.
  • Penjajahan.Karena didorong mencari bahan baku dan mencari pasar baru utk memasarkan hasil produksinya kapitalisme memasuki petualangan penjajahan terhadap semua bangsa. Pada mulanya dalam bentuk penjajahan ekonomi pola pikir politik dan kebudayaan. Kemudian memperbudak semua bangsa dan mengeksploitasi tenaga-tenaga produktif demi kepentingan penjajahan.
  • Peperangan dan malapetaka.Ummat manusia telah menyaksikan berbagai bentuk pembunuhan dan pembantaian luar biasa biadabnya. Itu terjadi sebagai akibat logis dari sebuah penjajahan yg menimpa ummat manusia di bumi yg melahirkan bencana paling keji dan kejam.
  • Didominasi hawa nafsu.Orang kapitalisme berpegang kepada prinsip demokrasi politik dan pemerintahan. Pada umumnya demokrasi yg mereka gembar-gemborkan dibarengi dgn hawa nafsu yg mendominasi dan jauh dari kebenaran dan keadilan.
  • Riba.Sistem kapitalisme tegak di atas landasan riba. Sedangkan riba merupakan akar penyakit yg membuat seluruh dunia menderita.
  • Tidak bermoral.Kapitalisme memandang manusia sebagai benda materi. Karena itu manusia dijauhkan dari kecenderungan ruhani dan akhlaknya. Bahkan dalam sistem kapitalisme antara ekonomi dan moral dipisahkan jauh-jauh.
  • Kejam.Kapitalisme sering memusnahkan begitu saja komoditas yg lebih dgn cara dibakar atau dibuang ke laut krn khawatir harga akan jatuh disebabkan banyaknya penawaran. Mereka berani melakukan itu padahal masih banyak bangsa-bangsa yg menjerit kelaparean.
  • Boros.Orang-orang kapitalisme memproduksi barang-barang mewah disertai iklan besar-besaran tanpa peduli kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Sebab yg mereka cari keuntungan belaka.
  • Tidak berperikemanusiaan.Orang kapitalis sering mengusir begitu saja seorang buruh krn alasan tenaganya kurang produktif. Tetapi kekejaman ini mulai diperingan akhir-akhir ini dgn adanya perbaikan dalam tubuh kapitalisme.

Perbaikan-perbikan Kapitalisme Inggris sampai tahun 1875 merupakan negara kapitalis terbesar dan termaju. Tetapi pada perempat akhir abad ke-19 muncul Amerika Serikat dan Jerman. Menyusul Jepang setelah perang dunia ke-2.

Pada tahun 1932 di Inggris negara mulai langsung melakukan campur tangan secara basar-besaran. Di Amerika campur tangan negara mulai ditingkatkan sejak tahun 1933. Di Jerman campur tangan negara dimulai sejak Hitler. Tujuannya tidak lain hanyalah memelihara kesinmbungan kapitalisme.

Campur tangan negara ini terutama dalam bidang perhubungan pengajaran dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara dan masa peraturan yg bersifat sosial seperti asuransi sosial dan orang-orang jompo pengangguran orang lemah pemeliharaan kesehatan perbaikan pelayanan dan peningkatan taraf hidup.

Kapitalisme mulai berorientasi kepada perbikan sektoral disebabkan munculnya kaum buruh sebagai kekuatan produktif di negara-negara demokrasi tekanan dari komite hak-hak azasi manusia dan utk membendung ekspansi komunisme yg berpura-pura menolong kaum buruh dan mengklaim sebagai pembelanya.

AKAR PEMIKIRAN DAN KEYAKINANNYA

Akar kapitalisme dalam beberapa hal bersumber dari fisafat Romawi Kuno. Hal itu muncul pada ambisinya utk memiliki kekuatan dan meluaskan pengaruh serta kekuasaan.

Kapitalisme berkembang secara bertahap dari feodalisme bourgeoisme sampai kepada kapitalisme. Selama proses itu berlangsung telah berkembang berbagai pemikiran dan idiologi yg melanda dalam arus yg mengarah kepada pengukuhan hak milik pribadi dan seruan kebebasan.

Pada dasarnya kapitalisme tegak di atas pemikiran aliran bebas dan aliran klasik.

Kapitalisme pada dasarnya memerangi agama. Pada mulanya bersifat pembangkangan. Terhadap kekuasaan gereja. Akhirnya membangkang tiap peraturan yg mengandung moral.

Kapitalisme tidak mementingkan peraturan bermoral kecuali menimbulkan manfaat pada dirinya khususnya dari segi ekonomi.

Pemikiran dan pandangan yg muncul akibat revolusi industri di Eropa berperan menonjol dalam membatasi gejala-gejala kapitalisme.

Kapitalisme menyeru dan membela liberalisme. Tetapi kebebasan politik telah berubah menjadi kebabasan moral dan sosial. Selanjutnya berubah menjadi permisifisme.

TERSIAR DAN KAWASAN PENGARUHNYA

Kapitalisme tumbuh subur di Inggris Perancis Jepang Amerika Serikat dan sebaian besar dunia Barat. Banyak negar-negara yg hidup dalam iklim membebek baik kepada sitem komunisme ataupun sistem kapitalisme. Tingkat keterikatan mereka berbeda-beda antara campur tangan langsung atau dgn bersandar kepada keduanya baik dalam urusan politik ataupun sikap-sikap internasionalnya.

Sistem kapitalisme dalam bersikap sama dgn sistem komunisme. Keduanya berdiri di belakang Israel dalam bentuk dukungan langsung ataupun tidak langsung. Al-Islam Pusat Komunikasi dan Informasi Islam Indonesia sumber file al_islam.chm

Edmund Burke salah seorang pembela hak milik pribadi atas dasar teori historisme atau teori preskripsi hak milik. PEMIKIRAN DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA

Turgot Mirabeau dan J. B. Say tergolong sebagian tokoh yg mewakili aliran ini. Setelah itu muncul aliran klasik yg pemikiran-pemikirannya mengkristal pada sejumlah ahli fikir menonjol antara lain



KAPTALIS PUNCA KEJAHATAN

Kapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi*

Oleh: Husain Heriyanto

PENGANTAR

Saat ini tidak ada yang bisa membantah kedigdayaan rezim kapitalisme mendominasi peradaban dunia global. Berakhirnya Perang Dingin menyusul ambruknya komunisme-sosialisme Uni Soviet beserta negara-negara satelitnya sering diinterpretasikan sebagai kemenangan kapitalisme. Hampir dalam setiap sektor kehidupan, logika dan budaya kapitalisme hadir menggerakkan aktivitas. Kritik-kritik yang ditujukan terhadap kapitalisme justru bermuara kepada terkooptasinya kritik-kritik tersebut untuk lebih mengukuhkan kapitalisme.

Muncul pertanyaan lain, ke arah mana peradaban manusia akan dibawa oleh kapitalisme. Apakah gerangan yang menyebabkan ideologi ini tetap bertahan, dan bahkan, kian mendominasi dunia? Apakah hegemoni kapitalisme ini merupakan akhir sejarah umat manusia atau sebagai satu-satunya alternatif yang mesti diterima sebagaimana yang diperkirakan oleh Francis Fukuyama dalam The End of History? Masih berpeluangkah proyek emansipasi manusia dari dominasi kapital dan fetisisme komditas?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, diperlukan pemahaman yang tepat mengenai pengertian hakiki apa itu sesungguhnya kapitalisme.

I. PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN KAPITALISME

I.1. Pengertian Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi.

Menurut Ayn Rand (1970), kapitalisme adalah "a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat).

Heilbroner (1991) secara dinamis menyebut kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki hakekat tertentu dan logika yang historis-unik. Logika formasi sosial yang dimaksud mengacu pada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-proses kehidupan dan konfigurasi-konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah "formasi sosial" yang diperkenalkan oleh Karl Marx ini juga dipakai oleh Jurgen Habermas. Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebut kapitalisme sebagai salah satu empat formasi sosial (primitif, tradisional, kapitalisme, post-kapitalisme).

I.2. Sejarah Perkembangan Kapitalisme

Robert E. Lerner dalam Western Civilization (1988) menyebutkan bahwa revolusi komersial dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kapitalisme dan merkantilisme. Direduksi kepada pengertian yang sederhana, kapitalisme adalah sebuah sistem produksi, distribusi, dan pertukaran di mana kekayaan yang terakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik pribadi untuk memperoleh keuntungan. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang didisain untuk mendorong ekspansi komersial melewati batas-batas lokal menuju skala nasional dan internasional. Pengusaha kapitalis mempelajari pola-pola perdagangan internasional, di mana pasar berada dan bagamana memanipulasi pasar untuk keuntungan mereka. Penjelasan Robert Learner ini paralel dengan tudingan Karl Marx bahwa imperialisme adalah kepanjangan tangan dari kapitalisme.

Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada abad 18 M dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara. Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak utama kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan "laissez faire"1) dalam ekonomi. Bertentangan sekali dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan negara. Smith berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988).

Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung menjadi birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir individu kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui kebijakan-kebijakan seperti undang-undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial. Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut sebagai "perekonomian campuran" (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial.

Habermas memandang transformasi itu sebagai peralihan dari kapitalisme liberal kepada kapitalisme lanjut (late capitalism. organized capitalism, advanced capitalism). Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebutkan bahwa state regulated capitalism (nama lain kapitalisme lanjut) mengacu kepada dua fenomena: (a) terjadinya proses konsentrasi ekonomi seperti korporasi-korporasi nasional dan internasional yang menciptakan struktur pasar oligopolistik, dan (b) intervensi negara dalam pasar. Untuk melegitimasi intervensi negara yang secara esensial kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka menurut Habermas, dilakukan repolitisasi massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi massa dalam masyarakat kapitalis liberal. Upaya ini terwujud dalam sistem demokrasi formal.

II. PRINSIP-PRINSIP DASAR KAPITALISME

II.1. Tiga Asumsi Kapitalisme Menurut Ayn Rand

Ayn Rand dalam Capitalism (1970) menyebutkan tiga asumsi dasar kapitalisme, yaitu: (a) kebebasan individu, (b) kepentingan diri (selfishness), dan (c) pasar bebas.

Menurut Rand, kebebasan individu merupakan tiang pokok kapitalisme, karena dengan pengakuan hak alami tersebut individu bebas berpikir, berkarya dan berproduksi untuk keberlangsungan hidupnya. Pada gilirannya, pengakuan institusi hak individu memungkinkan individu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia hidup pertama-tama untuk dirinya sendiri, bukan untuk kesejahteraan orang lain. Rand menolak keras kolektivisme, altruisme, mistisisme. Konsep dasar bebas Rand merupakan aplikasi sosial dan pandangan epistemologisnya yang natural mekanistik. Terpengaruh oleh gagasan "the invisible hand" dari Smith, pasar bebas dilihat oleh Rand sebagai proses yang senantiasa berkembang dan selalu menuntut yang terbaik atau paling rasional. Smith pernah berkata: "...free marker forces is allowed to balance equitably the distribution of wealth". (Robert Lerner, 1988).

II.2. Akumulasi Kapital

Heilbroner (1991) menelaah secara mendalam pengertian hakiki dari kapital. Apa yang dimaksud dengan kapital sehingga dapat menjelaskan formasi sosial tempat kita hidup sekarang adalah kapitalisme? Heilbroner menolak memperlakukan kapital hanya dalam kategori hal-hal yang material berupa barang atau uang. Menurutnya, jika kapital hanya berupa barang-barang produksi atau uang yang diperlukan guna membeli material dan kerja, maka kapital akan sama tuanya dengan peradaban.

Menurut Heilbroner, kapital adalah faktor yang mnggerakkan suatu pross transformasi berlanjut atas kapital-sebagai-uang menjadi kapital-sebagai-komoditi, diikuti oleh suatu transformasi dari kapital-sebagai-komoditi menjadi kapital-sebagai uang yang bertambah. Inilah rumusan M-C-M yang diperkenalkan Marx.

Proses yang berulang dan ekspansif ini memang diarahkan untuk membuat barang-barang dan jasa-jasa dengan pengorganisasian niaga dan produksi. Eksistensi fisik benda dan jasa itu merupakan suatu rintangan yang harus diatasi dengan mengubah komoditi menjadi uang kembali. Bahkan kalau hal itu terjadi, bila sudah terjual, maka uang itu pada gilirannya tidak dianggap sebagai produk akhir dari pencarian tetapi hanya sebagai suatu tahap dalam lingkaran yang tak berakhir.

Karena itu, menurut Heilbroner, kapital bukanlah suatu benda material melainkan suatu proses yang memakai benda-benda material sebagai tahap-tahap dalam eksistensi dinamiknya yang berkelanjutnya. Kapital adalah suatu proses sosial, bukan proses fisik. Kapital memang mengambil bentuk fisik, tetapi maknanya hanya bisa dipahami jika kita memandang bahwa benda-benda material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalitas yang meluas.

Rumusan M-C-M (Money-Commodity-Money) yang diskemakan Marx atas metamorfosis yang berulang dan meluas yang dijalani kapital merupakan penemuan Marx terhadap esensi kapitalisme, yaitu akumulasi modal. Dalam pertukaran M-C-M tersebut uang bukan lagi alat tukar, tetapi sebagai komoditas itu sndiri dan menjadi tujuan pertukaran.

II.3. Dorongan Untuk Mengakumulasi Kapital (Heilbroner)

Analisis kapital sebagai suatu proses ekspansif seperti yang diuraikan di muka, ditelaah lebih dalam lagi oleh Heilbroner melalui pendekatan psikoanalisis, antropologis, dan sosiologis. Menurut Heilbroner, gagasan kapital sebagai suatu hubungan sosial menyingkapkan inti hubungan itu, yaitu dominasi. Hubungan dominasi memiliki dua kutub. Pertama, ketergantungan sosial kaum yang tak berpunya kepada pemilik kapital di mana tanpa ketergantungan itu kapital tidak memiliki pengaruh apa-apa. Kedua, dorongan tanpa henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital.

Heilbroner melontarkan pertanyaan: Apakah alasan pembenaran dari proses tanpa henti ini? Ia menyebutkan bahwa dorongan ini digerakkan oleh keinginan untuk prestise dan kemenonjolan (realisasi diri)2. Dalam bahasa Abraham Maslow, dorongan mengakumulasi kekayaan yang tidak puas-puas ini merupakan manifestasi aktualisasi diri. Namun, Heilbroner mengingatkan bahwa kebutuhan afektif ini hanyalah suatu kondisi yang perlu (necessary condition) namun belum menjadi syarat cukup (sufficient condition) untuk dorongan mengejar kekayaan. Lalu Heilbroner menemukan bahwa kekayaan memberikan pemiliknya kemampuan untuk mengarahkan dan memobilisasikan kegiatan-kegiatan masyarakat. Ini adalah kekuasaan. Kekayaan adalah suatu kategori sosial yang tidak terpisahkan dari kekuasaan.

Dengan demikian, hakekat kapitalisme menurut Heilbroner, adalah dorongan tiada henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital sebagai sublimasi dorongan bawah sadar manusia untuk merealisasi diri, mendominasi, berkuasa. Karena dorongan ini berakar pada jati diri manusia, maka kapitalisme lebih merupakan salah satu modus eksistensi manusia. Mungkin inilah sebabnya mengapa kapitalisme mampu bertahan dan malah menjadi hegemoni peradaban global.

III. TINJAUAN KRITIS

Tinjauan kritis ini dibuat dengan asumsi bahwa analisis sosial memiliki keterbatasan-keterbatasan skematisasi dinamika kehidupan sosial. Tinjauan tentang kekuatan dan kelemahan kapitalisme lebih merupakan hipotesa.

III.1. Kekuatan Kapitalisme

Unsur-unsur apa yang dikandung kapitalisme sehingga ia saat ini tetap tangguh? Terdapat beberapa kekuatan yang memungkinkan kapitalisme masih bertahan hingga kini melalui berbagai kritikan tajam dan rintangan.

Pertama, daya adaptasi dan transformasi kapitalisme yang sangat tinggi, sehingga ia mampu menyerap dan memodifikasi setiap kritik dan rintangan untuk memperkuat eksistensinya. Sebagai contoh, bagaimana ancaman pemberontakan kaum buruh yang diramalkan Marx tidak terwujud, karena di satu sisi, kaum buruh mengalami pembekuan kesadaran kritis (reifikasi), dan di lain sisi, kelas borjuasi kapital melalui negara memberikan "kebaikan hati" kepada kaum buruh dengan konsep "welfare state". Pada gilirannya, kaum kapitalis memperoleh persetujuan (consent) untuk mendominasi masyarakat melalui apa yang disebut Gramsci sebagai hegemoni ekonomi, politik, budaya; atau seperti yang disebutkan Heilbroner bahwa rezim kapital memiliki kemampuan untuk memperoleh kepatuhan massa dengan memunculkan "patriotisme" ekonomik.

Kedua, berkaitan dengan yang pertama, tingginya kemampuan adaptasi kapitalisme dapat dilacak kepada waktu inheren pada hakekat kapitalisme, yaitu dorongan untuk berkuasa dan perwujudan diri melalui kekayaan. Atas dasar itulah diantaranya, maka Peter Berger dalam Revolusi Kapitalis (1990) berani bertaruh bahwa masa depan ekonomi dunia berada dalam genggaman kapitalisme.

Ketiga, kreativitas budaya kapitalisme dan kapasitasnya menyerap ide-ide serta toleransi terhadap berbagai pemikiran. Menurut Rand, kebebasan dan hak individu memberi ruang gerak manusia dalam berinovasi dan berkarya demi tercapainya keberlangsungan hidup dan kebahagiaan. Dengan dasar pemikiran ini, Bernard Murchland dalam Humanisme dan Kapitalisme (1992) dengan penuh keyakinan menaruh harapan bahwa kapitalisme demokratis adalah humanisme yang dapat menyelamatkan peradaban manusia di masa depan.

III.2. Kelemahan Kapitalisme

Mengacu kepada asumsi-asumsi dasar kapitalisme, klaim-klaim pendukung kapitalisme dan praktek kapitalisme, terdapat beberapa kelemahan mendasar kapitalisme.

Pertama, pandangan epistemologinya yang positivistik mekanistik. Positivisme yang memisahkan fakta dan nilai, bahkan hanya terpaku pada apa yang disebut fenomena fakta dan mengabaikan nilai, terbukti sudah ketidakmampuannya menjelaskan perkembangan sains modern dan kritikan dari fenomenologi hermeneutik (human sciences). Pola pikir positivistik hanya satu dimensi, yaitu dialektika positif, yang pada gilirannya mereduksi kemampuan refleksi kritis manusia untuk menari makna-makna tersembunyi di balik fenomena-fenomena. Herbert Marcuse dalam One Dimensional Man (1991) berkata: "... Kapitalisme, yang didorng oleh teknologi, telah mengembang untuk mengisi semua ruang sosial kita; telah menjadi suatu semesta politis selain psikologis. Kekuasaan totalitarian ini mempertahankan hegemoninya dengan merampas fungsi kritisnya dari semua oposisi, yaitu kemampuannya berpikir negatif mengenai sistem, dan dengan memaksakan kebutuhan-kebutuhan palsu melalui iklan, kendali pasar, dan media. Maka, kebebasan itu sendiri menjadi alat dominasi, dan akal menyembunyikan sisi gelap irasionalitas..."

Kedua, berkaitan dengan yang pertama, asumsi antropologis yang dianut kapitalisme adalah pandangan reduksionis satu dimensi manusia yang berasal dari rasionalisme Aufklarung. Temuan alam bawa sadar psikoanalisis menunjukkan bahwa banyak perilaku manusia tidak didorong oleh kesadaran atau rasionalitas, melainkan oleh ketidaksadaran dan irasionalitas. Asumsi kapitalisme yang mengandaikan bahwa distribusi kekayaan akan terjadi dengan sendirinya bila masyarakat telah makmur (contoh: konsep trickle down effect) melupakan aspek irasionalitas manusia yang serakah dan keji. Dorongan yang tidak pernah puas menumpukkan kapital sebagai watak khas kapitalisme merupakan bentuk patologis megalomania dan narsisisme.

Ketiga, keserakahan mengakumulai kapital berakibat pada eksploitasi yang melampau batas terhadap alam dan sesama manusia, yang pada gilirannya masing-masing menimbulkan krisis ekonologis dan dehumanisasi. Habermas (1988) menyebutkan kapitalisme lanjut menimbulkan ketidakseimbangan ekologis, ketidakseimbangan antropologis (gangguan sistem personaliti), dan ketidakseimbangan internasional.

Keempat, problem moral. Bernard Murchland (1992), seorang pembela gigih kapitalisme, mengakui bahwa masalah yang paling serius yang dihadapi kapitalisme demokratis adalah pengikisan basis moral. Ia lalu menoleh ke negara-negara Timur yang kaya dengan komponen moral kultural. Atas dasar problem etis inilah, maka Mangunwijaya (1998) dengan lantang berkata: "... ternyatalah, bahwa sistem liberal kapitalis, biar sudah direvisi, diadaptasi baru dan diperlunak sekalipun, dibolak-balik diargumentasi dengan fasih ilmiah seribu kepala botak, ternyata hanya dapat berfungsi dengan tumbal-tumbal sekian milyar rakyat dina lemah miskin di seluruh duia, termasuk dan teristimewa Indonesia...."

Kelima, implikasi dari praktek mengkomoditikan segenap ide-ide dan kegiatan-kegiatan sosial budaya, maka terjadilah krisis makna yang pada gilirannya menimbulkan krisis motivasi. Habermas (1988) mengatakan bahwa pada tataran sistem politik, krisis motivasii ni menimbulkan krisis legitimasi, atau menurut istilah Heilbroner (1991) dengan krisis intervensi.

IV. KESIMPULAN

Analisis Heilbroner di muka, jika dikembangkan lebih lanjut secara filosofis, akan membawa kita untuk berkesimpulan bahwa kapitalisme lebih daripada sekedar sistem ekonomi atau sistem sosial. Sebagai peradaban, kapitalisme dapat kita katakan sebagai suatu cara berada manusia, suatu modus eksistensi. Seorang kapitalis adalah orang yang melalui harta kekayaannya ia mewujudkan diri, menyingkap eksistensi diri. Ia mengaktualkan dirinya dengan dan untuk kapital. Dengan kapital, ia berharap memperoleh kekuasaan dan dominasi. Memiliki kapital berarti menguasai dunia. Sains, teknologi, seni, dan agama menjadi subordinasi dan pelayan atau pelegitimasi kapital. Itulah modus eksistensi kapitalisme.

Atas dasar pemikiran di atas, kita dapat memahami mengapa ideologi-ideologi seperti sosialisme, Marxisme, komunisme, humanisme, dan bahkan eksistensialisme-sekuler gagal menghadapi kapitalisme. Kaum sosialis telah gagal memahami kapitalisme sebagai modus eksistensi. Ini dimulai dari Karl Marx sendiri yang melihat kapital hanya sebagai "cara produksi" (modus produksi), konsep sentral yang digunakannya dalam Das Kapital. Akibatnya, banyak analiss dan ramalan Marx yang melenceng. Bahkan sosialisme akhirnya terkooptasi oleh kapitalisme. Konsep "welfare state" yang diterapkan di negara kapitalis adalah salah satu contoh upaya adaptasi kapitalisme merangkul semangat sosialisme ke dalam pangkuannya. Ideologi-ideologi sekuler dunia lainnya sekarang ini hanyalah ibarat anak-anak kapitalisme atau subordinasi kapitalisme global, kapitalisme konsumeris.

Kaum Mazhab Frankfurt sebagai pewaris semangat kritisi sosial Marx yang pada mulanya mencanangkan proyek pembebasan masyarakat dari hegemoni kapitalisme akhirnya juga jatuh kepada pesimisme. Mereka seakan-akan tidak melihat lagi adanya peluang untuk menciptakan dunia alternatif selain dunia ciptaan kapital. Mereka menganggap manusia modern telah kehilangan rasionalitas dan kesadaran kritis. Kini mereka seakan tak mampu lagi bersuara lantang menentang kapitalisme sebagaimana pendahulu mereka, katakanlah misalnya Herbert Marcuse yang menulis One Dimensional Man. Para pendukung teori kritis inipun seakan tidak bereaksi ketika Perter Berger, seorang pembela kapitalisme, dengan arogan mengatakan sosialisme adalah mitos, sedang kapitalisme adalah masa depan manusia.

Sementara itu, analisis Max Weber yang mengaitkan perkembangan kapitalisme dengan etos kerja Protestan kini juga bermuara kepada proses sekulerisasi yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pada mulanya, motif religius menggerakkan orang untuk kerja keras, tekun, efisien, dan berprestasi karena perolehan kesuksusan duniawi diartikan sebagai tanda keselamatan ilahi. Namun, proses sekulerisasi terjadi sedemikian rupa sehingga Tuhan dan akhirat perlahan-lahan hilang dari kesadaran manusia. Aktivitas duniawi sama sekali tidak lagi digerakkan oleh motivasi agama, namun semata-mata oleh motif materialistik. Berger menyebutkan Protestanisme sebagai manifestasi yang paling sempurna dari proses dialektik di mana orientasi agama yang bersifat inner-worldly itu "menggali kubur" untuk dirinya sendiri.

Luar biasa memang pesona materi itu sehingga motivasi agama pun akhirnya juga terkooptasi oleh motivasi materialistik.

V. SARAN

Dengan menelaah secara tajam hakekat kapitalisme, kita dapat melihat kekuatan dan kelemahannya secara obyektif. Ini diperlukan agar proyek besar pembebasan manusia dari hegemoni kapitalisme - tentu saja yang berminat - dapat mengkonstruksi ideologi atau peradaban alternatif yang sungguh-sungguh antitesis kapitalisme secara mendasar, radikal dan menyeluruh.

Persoalannya, bagaimana kita merancang antitesis itu? Adakah modus eksistensi alternatif yang dapat menaklukkan kapitalisme menjadi sekedar metode atau manajemen bisnis? Perlukah lebih dahulu kita merombak secara revolusioner pandangan dunia (worldview) kita tentang antropologi, kosmologi, teologi?

Catatan:

* Makalah sesi kedua Short-Course kajian Ideologi, Peradaban dan Agama - HMI Cabang Depok dan FIKI-UI di PKTTI-UI Depok, 21 Des. 1999.

1) Istilah "Laissez Faire" berasal dari bahasa Perancis laissez faire la nature (let nature take its course); dapat diartikan sebagai sikap pembiaran kebebasan semaunya tanpa pengaturan dan kontrol.

2) Heilbroner mengutip pernyataan Adam Smith sendiri dalam Theory of Moral Sentiments (1976): "Orang kaya berbangga dalam kekayaan-kekayaan mereka, karena dia merasa bahwa kekayaan-kekayaan itu membuatnya diperhatikan dunia. Memikirkan hal ini membuat dia berbesar hati dan membuatnya makin mencintai kekayaannya."

REFERENSI

  1. Bagus, L., Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996.
  2. Berger, P., Revolusi Kapitalis, (terjemahan), LP3ES, Jakarta 1990.
  3. Ebenstein, W., Isme-Isme Dewasa Ini, (terjemahan), Erlangga, Jakarta, 1990.
  4. Habermas, J., Letigimation Crisis, Polity Press, Cambridge Oxford, 1988.
  5. Hayek, F.A., The Prinsiples of A Liberal Social Order, dalam Anthony de Crespigny and Jeremy Cronin, Ideologies of Politics, Oxford University Press, London, 1978.
  6. Heilbroner, R.L., Hakikat dan Logika Kapitalisme, (terjemahan), LP3ES, Jakarta, 1991.
  7. Lerner, R.E., Western Civilization, Volume 2, W.W. Norton & Company, Ney York-London, 1988.
  8. Mangunwijaya, Y.B., Mencari Landasan Sendiri, Esei Pada Harian Kompas 1 September 1998, Jakarta.
  9. Marcuse, H., One Dimensional Man, Beacon Press, Boston, 1991.
  10. Murchland, B., Humanisme dan Kapitalisme, (terjemahan), Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992.
  11. Rand, A., Capitalism: The Unknown Ideal, A Signet Book, New York, 1970.

Idea Kapitalisme

Apakah sistem kapitalis?

Oleh Muhammad Salleh (September 2002).

Kita kini sedang menghayati sebuah dunia di mana kekayaan sedang diciptakan pada kadar yang tidak dapat dibayangkan oleh generasi-generasi dahulu. Kejayaan-kejayaan teknologi, seperti kejuruteraan genetik dan dunia Internet, sedang berkembang dengan pesat. Semua ini, kita diberitahu, adalah hasil daripada kejayaan sistem kapitalis. Menurut penyokong-penyokong sistem kapitalis di merata dunia, sistem inilah yang telah membolehkan umat manusia mencapai tahap kemajuan yang tinggi, lantas menjadikan sistem kapitalis sebuah sistem sempurna, yang tidak lagi dapat diubahkan.

Memang tidak dapat dinafikan bahawa buat kali pertama dalam sejarah dunia, kita mempunyai kekayaan yang mencukupi untuk memuaskan keperluan-keperluan setiap insan di dunia. Namun, apa yang tidak dikatakan oleh penyokong-penyokong kapitalisme itu adalah bahawa berjuta-juta orang masih mengalami kebuluran, berjuta-juta orang masih mengalami penyakit yang mudah dicegah, kehidupan berjuta-juta orang masih dikecewakan oleh kemiskinan. Masyarakat kita, iaitu masyarakat kapitalis, dikuasai oleh ketidak-samarataan dan ketidak-adilan, sambil kehidupan kita semua diancam oleh krisis ekonomi dan konflik bersenjata. Pada masa apabila sistem kapitalisme masih muda, Karl Marx sudah melihat percanggahan-percanggahan ini dengan jelas, lalu menulis:

Dalam satu tangan, kuasa-kuasa perindustrian dan saintifik telah memasuki kehidupan, yang mana-mana zaman sejarah manusia lalu tidak pernah mengharapkan. Dalam tangan sebelah wujudnya ciri-ciri kereputan, yang jauh melintasi kengerian Empayar Rom. Pada hari-hari ini, semuamya seolah-olah hamil dengan percanggahannya. Jentera, dihadiahkan dengan kuasa memendekkan dan meringankan usaha manusia, kita melihat melaparkan dan membebankan manusia. Sumber-sumber kekayaan luas, oleh sesuatu keajaiban luarbiasa, diubahkan menjadi punca-punca keperluan.

Di sebalik perbincangan-perbincangan seperti ini, terdapat satu persoalan asas, iaitu apakah sebenarnya sistem kapitalis? Apakah ciri-ciri asas sistem tersebut, dan apakah kesan daripada ciri-ciri tersebut? Pada pandangan pertama, jawapan kepada soalan-soalan seperti ini mungkin dikatakan ringkas. Bukankah sistem kapitalis sebuah sistem di mana beberapa individu yang kaya memiliki kilang-kilang, pejabat-pejabat dan perusahaan-perusahaan yang lain? Bukankah pihak kapitalis menyokong pasaran bebas, tanpa apa-apa perancangan terpusat? Namun, dewasa kini, persoalan-persoalan tersebut tidak dapat ditangani dengan begitu mudah. Misalnya, kebanyakan perusahaan gergasi kini tidak lagi dimiliki oleh seorang individu, tetapi mungkin digerakkan oleh pejabat perusahaan atau kerajaan negara. Walau apapun perbezaan-perbezaan ini, yang jelas adalah bahawa para pekerja dan golongan bawahan terus dieksploitasi dan ditindas di bawah sistem kapitalis ini.

Maka, erti kapitalisme perlulah dikaji dengam menyeluruh dan disesuaikan dengan perkembangan ekonomi mutakhir. Dari segi ini, kajian Karl Marx terhadap sistem kapitalis sangatlah penting, kerana, dalam kata-kata Georg Lukacs, teori Marx teori Marx, “meleburkan wajah pertubuhan-pertubuhan sosial yang kaku, tidak bersejarah dan semulajadi; ia mendedahkan punca-punca bersejarah mereka dan maka menunjukkan bahawa ianya tertakluk kepada sejarah dari setiap segi termasuk kemunduran bersejarah.” Marx telah menunjukkan bahawa tindakan manusia pada masa yang lalu telah menciptakan dunia moden, bahkan juga bahawa tindakan manusia dapat membentukkan masa depan yang bebas dari percanggahan-percanggahan kapitalisme.

Berhadapan dengan pendekatan ini, kita perlulah terlebih dahulu mengkaji sejarah sistem kapitalis untuk mengenalpasti ciri-cirinya. Sebelum bangkitnya sistem kapitalis, iaitu semasa wujudnya sistem feudal, manusia belum lagi memajukan cara-cara untuk menguasai dunia semulajadi, atau untuk menghasilkan barangan yang mencukupi bagi setiap insan. Marx telah menulis bahawa kesemua hubungan-hubungan sosial dalam sistem feudal “diikat kepada tahap perkembangan kuasa-kuasa produktif dan tenaga pekerja yang rendah serta hubungan-hubungan terhad di antara manusia dan proses menciptakan dan menghasilkan semula kehidupan materialis mereka, dan maka juga hubungan-hubungan terhad di antara manusia dan alam.”

Dalam sistem feudal, tanah merupakan sumber pengeluaran. Inilah yang dimaksudkan oleh Marx apabila dia menulis bahawa “Dalam permilikan tanah feudal, kita sudah menjumpai penguasaan tanah sebagai kuasa sesuatu yang asing ke atas manusia. Hamba serf adalah sampingan kepada tanah. Serupa dengan itu, pewaris melalui sistem pewarisan feudal, iaitu anak lelaki sulong, dimiliki oleh tanah. Ia mewarisi dia.” Dalam satu tangan, tahap kuasa-kuasa produktif yang rendah bermakna usaha berterusan bagi golongan petani, sambil dalam tangan sebelah, tuan-tuan feudal dan pegawai-pegawai gereja mengambil apa yang mereka menghendaki dari petani dengan kekuasaan.

Hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat feudal merupakan hubungan-hubungan penguasaan dan penaklukan, tetapi ia sudah jelasnya merupakan hubungan-hubungan sosial di antara individu-individu. Dari segi ini, batasan-batasan feudalisme sangatlah berbeza daripada dinamik kapitalisme. Pihak borjuasi muda menginginkan sebuah masyarakat di mana segalanya dapat dijual-beli dengan duit. Sebuah masyarakat seperti itu sudah pasti bergantung kepada pembatasan-pembatasan tanah bersama dengan kejam. Ini bermakna bahawa, buat kali pertama dalam sejarah manusia, majoriti masyarakat dinafikan jalan secara langsung kepada pengeluaran dan cara-cara menciptakan kekayaan. Maka, pada abad ke-17 dan ke-18 di Eropah, sebuah kelas pekerja yang tidak memiliki tanah telah ditaklukkan kepada bentuk pengeksploitasian yang baru, iaitu pekerjaan bergaji.

Pendek kata, kapitalisme melibatkan perubahan asas dalam hubungan-hubungan di antara manusia, peralatan-peralatan pengeluaran dan bahan-bahan pengeluaran.” Oleh kerana perubahan-perubahan asas ini, setiap aspek kehidupan manusia telah diubah. Namun, perubahan-perubahan ini hanya dapat dilaksanakan melalui apa yang Peter Linebaugh telah menamakan ‘serangan-serangan perundangan’ pada hujung abad ke-18 untuk memperdayakan kelas pekerja bahawa apa yang mereka menghasilkan sebenarnya dimiliki oleh pihak kapitalis yang memiliki kilang-kilang. Menjelang abad ke-19, pekerjaan bergaji telah menggantikan kesemua bentuk pembayaran yang lain di Eropah.

Kajian Marx terhadap sistem kapitalis muda pada abad ke-19 menunjukkan bagaimana tenaga pekerja telah menjadi sebuah komoditi, yang dapat dijual-beli pada pasaran. Pihak kapitalis dan para pekerja mungkin bebas dari satu sama lain dari mana-mana segi rasmi, tetapi dalam realiti mereka berkait rapat. Pengeluaran barangan tidak lagi berlaku di rumah atau bengkel-bengkel kecil (seperti dalam sistem feudal), tetapi kini berlaku di kilang-kilang baru di mana mekanisasi tenaga pekerja telah mengubah hubungan-hubungan manusia. Dalam karyanya yang terpenting, iaitu Kapital, Marx membandingkan usaha tukang-tukang kraf di bawah sistem feudal dengan pekerja kilang di bawah sistem kapitalis:

Dalam kraftangan dan pengeluaran, para pekerja menggunakan peralatan; di kilang, jentera menggunakan pekerja. Di sana, gerak-geri peralatan tenaga pekerja bergerak baginya, di sini ia adalah gerak-geri jentera yang mesti mengikutinya. Dalam pengeluaran, para pekerja adalah sebahagian daripada mekanisme hidup. Dalam kilang, kita mempunyai mekanisme tanpa kehidupan yang asing daripada pekerja, yang hanya menjadi sampingan hidup.

Salah satu ciri kapitalisme yang paling membinasakan merupakan pembahagian tenaga pekerja. Sebelum kapitalisme, memang terdapatnya pembahagian tenaga pekerja secara sosial, dengan orang-orang berbeza telibat dalam cabang-cabang pengeluaran atau kraf yang berbeza. Dengan kapitalisme telah bangkitnya pembahagian tenaga pekerja secara terperinci dalam setiap cabang pengeluaran. Pembahagian tenaga pekerja ini bermakna bahawa pekerja terpaksa menjadi khusus dalam tugas-tugas tertentu. Maka, tidak menghairankanlah bahawa John Ruskin pernah menulis bahawa pembahagian tenaga pekerja adalah ungkapan palsu kerana ia adalah manusia yang dibahagikan.

Dalam sistem kapitalis, para pekerja semakin bergantung kepada pihak kapitalis yang memiliki cara-cara pengeluaran seperti kilang-kilang dan pejabat-pejebat. Ia menjadi semakin mustahil bagi pekerja untuk hidup secara bebas daripada kapitalisme – jika dia bekerja, dia menjadi ibarat sebuah jentera; jika dia tidak bekerja, dia akan hidup dalam kemiskinan. Marx menulis mengenai para pekerja: “Kewujudan kapital adalah kewujudannya, kehidupannya, kerana ia menentukan kandungan kehidupannya dalam cara yang tidak mempedulikannya.” Pendek kata, para pekerja tidak mempunyai pilihan – bersedia bekerja atau bersedia mengalami kemiskinan. Maka, di bawah kapitalisme, tenaga pekerja menjadi tenaga pekerja yang dipaksa kerana para pekerja tidak dapat memilih untuk tidak bekerja, para pekerja tidak memiliki apa yang diciptakan oleh mereka dan para pekerja tidak dapat memilih apa yang patut diciptakan. Marx menulis:

… pekerja hanya merasai dirinya apabila tidak bekerja; apabila dia bekerja, dia tidak merasai dirinya. Dia berasa selesa apabila tidak bekerja, dan bukannya di rumah apabila dia bekerja. Maka usahanya bukan secara sukarela tetapi dipaksa, ia adalah tenaga pekerja dipaksa. Maka, ia bukan kepuasaan sesuatu keperluan, tetapi hanya cara untuk memuaskan keperluan tersebut secara asing daripadanya. Sifat asingnya ditunjukkan dengan jelas oleh fakta bahawa sesudah apa-apa fizikal atau pemaksaan lain wujud, ia dipulaukan seperti wabak penyakit.

Di sini, kita dapat merumuskan perbincangan di atas dengan kata-kata berikut. Marx sebenarnya tidak menganggap permilikan alat-alat atau cara-cara pengeluaran oleh individu sebagai masalah utama kapitalisme. Dalam kajiannya ke atas sistem tersebut, yang menjadi jelas adalah bahawa dia menolak situasi di mana cara-cara pengeluaran dikuasai oleh sebuah minoriti (iaitu kelas kapitalis atau borjuasi), dengan tujuan mengeksploitasi majoriti (iaitu kelas pekerja). Pengeksploitasian ini dapat mengambil pelbagai bentuk dalam hubungan-hubungan sosial di antara manusia. Seperti yang telah dikatakan di atas, para pekerja tidak memiliki cara-cara pengeluaran, dan terpaksa menjual satu-satunya komoditi yang dimiliki mereka, iaitu tenaga pekerja mereka. Inilah satu sebab mengapa kemungkinan untuk merancangkan jalan-jalan ekonomi demi kepentingan masyarakat umum tidak dapat bangkit dalam keadaan seperti ini.

Tambahan pula, setiap kapitalis didoring untuk bersaing demi memajukan perusahaannya sambil mengorbankan orang yang lain. Marx telah melaungkan: “Akumulasi! Akumulasi! Itulah nabi-nabi baginya.” Ini bermakna bahawa kapitalis yang kuat memakan kapitalis yang lemah, dan bahawa sistem kapitalis akan merosot dengan dramatik apabila mengalami krisis ekonomi.

Sejak abad ke-19, sistem kapitalis ini telah menyebar ke setiap penjuru dunia, dan mungkin tidak terdapatnya negara yang bebas daripada cengkamannya. Inilah sebab utama mengapa kajian Marx sangatlah relevan dan penting pada hari ini. Cara-cara pengeluaran masih dikuasai oleh golongan minoriti, biarpun di sebuah negara membangun seperti Malaysia atau sebuah negara maju seperti Amerika Syarikat. Walaupun bentuk persaingan kapitalis mungkin berbeza dari satu tempat ke tempat yang lain, hasilnya sentiasa sama: “Akumulasi! Akumulasi! Itulah nabi-nabi baginya.” Dan para pekerjalah yang menjadi mangsa.

Maka, apa yang dapat dilakukan? Kajian Marx juga telah mengenalpasti kelas pekerja sebagai unsur yang dapat menumbangkan sistem kapitalis dan mengubah masyarakat. Walaupun pihak borjuasi atau kelas pemerintah dapat menggunakan penguasaan mereka ke etas ekonomi untuk menguasai kanca politik melalui kerajaan, tentera dan polis, kejayaan sistem mereka juga mewujudkan sebuah kelas yang mempunyai kuasa untuk membebaskan seluruh umat manusia – iaitu kelas pekerja. Kelas pekerja ini tidak mengenali warna kulit, jantina, orientasi seksual, mahupun sempadan negara. Hanya kelas pekerja sendiri yang dapat membina sebuah masyarakat tanpa keperluan dan tanpa diktator kerana kelas pekerja sememangnya berbeza daripada kelas-kelas yang lain. Kini terdapatnya beratus-ratus juta pekerja dan jumlah mereka semakin meningkat setiap hari. Kerana kapitalisme merupakan sistem antarabangsa, ia terus mengembang dan mengerjakan mereka yang suatu hari nanti akan memusnahkan sistem kapitalis itu.

Kemampuan unik kelas pekerja untuk mengubah dunia berpunca dari kedudukan kelas tersebut dalam sistem kapitalisme. Secara asasnya, kapitalisme menarik penduduk dari desa dan menghimpunkan mereka di tempat-tempat bekerja yang besar. Maka, para pekerja mendapati bahawa mereka telah menjadi sebahagian daripada unit yang melibatkan beratus-ratus atau beribu-ribu orang. Untuk mencapai pembaikan dalam keadaan mereka, para pekerja perlulah bertindak secara kolektif, dengan melibatkan rakan-rakan sekerja mereka. Untuk mengubah dunia, kelas pekerja perlulah bersatu di bawah panji-panji demokratik lagi sosialis.

Liberalism

Liberalisme

Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
(Dilencongkan dari Liberal)
Lompat ke: pandu arah, gelintar
Siri Liberalisme,
sebahagian daripada siri Politik
Perkembangan
Sejarah pemikiran liberal
Sumbangan-sumbangan
kepada teori liberal
Aliran-aliran
Liberalisme klasikal
Liberalisme konservatif
Liberalisme budaya
Liberalisme ekonomi
Libertarianisme
Neoliberalisme
Ordoliberalisme
Paleoliberalisme
Liberalisme sosial
Idea-idea
Hak-hak peribadi
Individualisme
Demokrasi liberal
Keneutralan liberal
Kebebasan Negatif & positif
Pasaran bebas
Ekonomi campuran
Masyarakat terbuka
Badan-badan
Parti-parti politik liberal
Liberal International · Iflry
ELDR/ALDE · Lymec
CALD · ALN · Relial. CLH

Liberalisme ialah falsafah yang meletakkan kebebasan individu sebagai nilai politik tertinggi.[1] Seseorang yang menerima fahaman liberalisme dipanggil seorang liberal. Walau bagaimanapun, maksud perkataan liberal mungkin berubah mengikut konteks sesebuah negara.

Liberalisme menekankan hak-hak peribadi serta kesamarataan peluang. Dalam fahaman liberalisme, pelbagai aliran dengan nama "liberal" mungkin mempunyai dasar dan pandangan yang berlainan, tetapi secara umumnya aliran-aliran ini bersetuju dengan prinsip-prinsip berikut termasuk kebebasan berfikir dan kebebasan bersuara, batasan kepada kuasa kerajaan, kedaulatan undang-undang, hak individu ke atas harta persendirian,[2] pasaran bebas[2] dan ketelusan sistem pemerintahan.[3] Mereka yang liberal menyokong sistem kerajaan demokrasi liberal dengan pengundian yang adil dan terbuka, di mana semua rakyat mempunyai hak-hak yang sama rata di bawah undang-undang.[4]

Fahaman liberalisme moden berakar umbi dari Zaman Kesedaran Barat dan kini mengandungi pemikiran politik yang luas dan kaya dari segi sumber. Liberalisme menolak kebanyakan tanggapan asas dalam hampir semua teori pembentukan kerajaan awal seperti seperti hak-hak raja yang diberikan oleh tuhan, status yang berasaskan keturunan dan institusi-institusi agama. Liberal beranggapan sistem ekonomi pasaran bebas lebih cekap dan menjana lebih banyak kemakmuran.[5]

Negara liberal moden awal adalah Amerika Syarikat[6], yang didirikan di bawah prinsip "setiap manusia diciptakan sama taraf; bahawa mereka diberi pencipta mereka hak-hak yang tidak boleh dinafikan; bahawa antara ini adalah kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan; bahawa untuk melindungi hak-hak ini, kerajaan dibuat oleh manusia, yang menggunakan kuasa mereka secara adil dengan izin mereka yang diperintah."[7]

Isi kandungan

[sorok]

[sunting] Unsur-unsur dan sejarah liberalisme

[sunting] Etimologi dan asal penggunaan

Perkataan liberal berasal daripada perkataan Latin liber yang bermaksud bebas atau bukan hamba. Perkataan liberal banyak dikaitkan dengan perkataan Inggeris liberty dan konsep kebebasan. Di dalam History of Rome from Its Foundation oleh Livy, penulis mengambarkan pergolakan di antara kelas plebeian dan patrician. Marcus Aurelius di dalam penulisannya yang bertajuk Meditation menulis "...pendapat polisi pemerintahan yang berdasarkan kebebasan kepada hampir kesemua yang diperintah dan pendapat tentang kerajaan beraja berdasarkan kebebasan kepada hampir kesemua yang diperintah... ." Selepas kejatuhan Empayar Roman, mendapat liberalisme tidak cergas di sepanjang Zaman Kelam di Eropah. Perjuangan untuk kebebasan mula dihidupkan kembali semasa zaman Renaissance di Itali. Ia tercetus apabila pertelingkahan berlaku di antara penyokong-penyokong bandar negeri yang bebas dan penyokong-penyokong Paus. Niccolò Machiavelli kemudiannya di dalam Discourses on Livy mula melakarkan prinsip-prinsip kerajaan republik di awal abad ke-16. Pada akhir abad ke-17, John Locke mengarang England and the thinkers of the French Enlightenment untuk mengkaji perjuangan kebebasan dari sudut Rights of Man yang ditulis oleh Thomas Paine pada tahun 1791.

Oxford English Dictionary menerangkan yang perkataan liberal telah lama berada di dalam bahasa Inggeris dengan makna "sesuai untuk orang bebas, besar, murah hati" di dalam seni liberal. Ia juga bermaksud "bebas dari sekatan bersuara atau perlakuan", seperti bebas dengan harta, atau lidah bebas, selalunya dengan sikap tidak malu. Walau bagaimanapun, bermula sejak 1776-88, perkataan liberal mula diberi maksud yang baik yang bermaksud "bebas dari prejudis, toleransi" oleh Edward Gibbon dan lain-lain.

Maksud "mengemari kebebasan dan demokrasi" mula digunakan di dalam bahasa Inggeris sejak tahun 1801 dan berasal dari perkataan Perancis libéral, mengikut Oxford English Dictionary. Perkataan Perancis itu "pada mulanya digunakan di dalam bahasa Inggeris oleh musuh Inggeris (selalunya di dalam bahasa Perancis dengan gambar ketiadaan undang-undang di luar negara". Dari rekod bahasa Inggeris awal: "Kepupusan kebebasan dan setiap idea liberal yang berkaitan"[8]

Washington Crossing the Delaware oleh Emanuel Leutze yang menggambarkan Revolusi Amerika Syarikat.

Perang Kemerdekaan Amerika menubuhkan negara yang pertama untuk merangka satu perlembagaan berdasarkan konsep kerajaan liberal, di mana kerajaan dibina dengan kerelaan yang ditabir. Elemen bourgeois yang sederhana di dalam Revolusi Perancis cuba menubuhkan sebuah kerajaan yang berdasarkan prinsip-prinsip liberal. Ahli-ahli ekonomi seperti Adam Smith di dalam The Wealth of Nations (1776) pula mengambarkan prinsip-prinsip liberal di dalam perdagangan bebas. Pengarang-pengarang Perlembagaan Sepanyol 1812 yang dirangka di Cádiz mungkin adalah yang pertama menggunakan perkataan liberal di dalam maksud politik sebagai kata nama. Pengarang-pengarang ini menamakan diri mereka sebagai Liberales, untuk menunjukan penentangan mereka kepada pemerintahan mutlak monarki Sepanyol.

Bermula di akhir kurun ke-18, liberalisme menjadi antara satu ideologi terpenting hampir di semua negara maju.

[sunting] Aliran-aliran liberalisme

Terdapat perbezaan pendapat yang mendalam di dalam rangka liberalisme. Perbezaan pendapat ini selalunya membawa kepada perdebatan yang hebat dan garang di antara ahli-ahli liberal. Daripada perpecahan ini dari sudut liberalisme klasik, wujud beberapa pergerakan di dalam liberalisme. Seperti di dalam banyak perdebatan, kumpulan-kumpulan yang bertentangan menggunakan perkataan-perkataan yang berbeza untuk menyatakan kepercayaan-kepercayaan yang sama dan kadang-kala, mereka menggunakan perkataan-perkataan yang sama untuk menerangkan perkara-perkara yang berbeza. Di dalam artikel ini, "liberalisme politik" akan digunakan untuk sokongan terhadap demokrasi liberal (republik ataupun raja berperlembagaan) yang menentang raja berkuasa mutlak atau diktator; "liberalisme budaya" untuk sokongan terhadap kebebasan peribadi yang menentang undang-undang yang mengongkong kebebasan di atas dasar nationalisme atau agama; "liberalisme ekonomik" untuk sokongan terhadap harta peribadi and menentang peraturan-peraturan yang mengekang hak-hak terhadap harta peribadi yang ditulis oleh kerajaan; dan "liberalisme sosial" di mana ia menunjukan sokongan terhadap kesaksamaan and menentang ketidak samarataan peluang. Bagi "liberalisme moden" pula bermaksud campuran bentuk-bentuk liberalisme yang tercatat sebelum ini yang boleh ditemui di negara-negara maju sekarang.

Terdapat beberap prinsip liberalisme yang telah dipersetujui di kalangan liberal:

  • Liberalisme politik adalah aliran di mana seseorang itu adalah asas undang-undang dan masyarakat. Tambahan lagi, masyarakat dan institusi-institusi kerajaan yang wujud di dalam masyarakat berfungsi untuk memperjuangkan hak-hak peribadi tanpa memilih kasih kepada sesiapa yang mempunyai taraf sosial yang tinggi. Magna Carta adalah satu contoh di mana dokumen politik meletakkan hak-hak peribadi lebih tinggi daripada kuasa raja. Liberalisme politik menekankan perjanjian sosial yang mana rakyat merangka undang-undang and bersetuju untuk mematuhi undang-undang tersebut. Ini adalah berdasarkan pemikiran di mana seseorang itu lebih mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya. Liberalisme politik mengandungi semua lapisan masyarakat tanpa mengira jantina, kaum atau taraf ekonomi. Liberalisme politik juga menekankan kedaulatan undang-undang dan demokrasi liberal.
"Pelindungan diri adalah satu-satunya tujuan manusia yang benar dari segi peribadi dan masyarakat ke atas campur tangan di dalam kebebasan orang-orang lain. Kuasa tertinggi yang benar hanya boleh digunakan untuk menghalang seseorang dikalangan satu masyarakat yang bertamadun daripada mengganggu [atau mencederakan] seseorang yang lain. Kebaikan fizikal atau moral seseorang itu tidak mencukupi untuk membiarkan dia mengganggu orang lain." (Di dalam bahasa Inggeris: "The sole end for which mankind are warranted, individually or collectively, in interfering with the liberty of action of any of their number, is self-protection. That the only purpose for which power can be rightfully exercised over any member of a civilized community, against his will, is to prevent harm to others. His own good, either physical or moral, is not a sufficient warrant.")
Liberalisme budaya secara umumnya menentang peraturan-peraturan kerajaan di dalam kesusasteraan, seni, akademik, perjudian, seks, pelacuran, penguguran kandungan, penggunaan pengawalan pengandungan, kesakitan muktamad, arak, ganja dan barang-barang kawalan yang lain. Kebanyakan ahli-ahli liberal menentang separuh atau semua peraturan-peraturan kerajaan yang mencampuri hal-hal ini. Negara Belanda, dari segi liberalisme budaya, mungkin adalah negara yang paling liberal di dunia.

Walaupun terdapat persetujuan, sesetengah aliran memaparkan berbezaan pendapat yang mendalam:

  • Liberalisme ekonomik yang juga dikenali sebagai liberalisme klasikal atau liberalisme Manchester adalah satu ideology yang menyokong hak-hak peribadi ke atas harta benda dan kebebasan perjanjian bertulis. Ia memperjuangkan kapitalisme laissez-faire yang mahu membuang semua halangan terhadap perdagangan dan pemberhentian kemudahan yang diberi oleh kerajaan seperti subsidi dan monopoli. Ahli-ahli liberal ekonomik mahu hanya sedikit atau tiada langsung peraturan-peraturan kerajaan di pasaran. Sesetengah mereka menerima halangan kerajaan ke atas monopoli dan kartel dan sesetengah yang lain menyatakan bahawa monopoli dan kartel disebabkan oleh tindakan kerajaan. Liberalisme ekonomik menyatakan bahawa harga barangan dan perkhidmatan harus ditentukan oleh pasaran yang sebenarnya ditentukan oleh tindakan-tindakan pengguna. Ada yang mahu melihat kuasa pasaran bertindak di kawasan-kawasan yang biasanya dimonopoli oleh kerajaan seperti keselamatan dan mahkamah. Liberalisme ekonomik menerima ketidak samarataan sebagai hasil semulajadi daripada persaingan yang tidak melibatkan ugutan yang mengacam hak-hak peribadi. Aliran liberalisme ini dipengaruhi oleh liberalisme Inggeris yang merebak di pertengahan kurun ke-19. Minarchisme dan anarcho-kapitalisme adalah antara bentuk-bentuk liberalisme ekonomik. Baca juga perdagangan bebas, neo-liberalisme dan liberalisasi.
  • Liberalisme sosial atau liberalisme baru (tidak patut dikelirukan dengan neoliberalisme) mula dilihat berdiri di kalangan masyarakat negara-negara maju pada akhir abad ke-19. Ia dipengaruhi oleh utilitarianisme yang diasaskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Ada ahli-ahli liberal yang menerima, sesetengah atau semuanya, teori penyalahgunaan Sosialis dan Marxis dan ulasan-ulasan terhadap "tujuan keuntungan" dan membuat kesimpulan bahawa kerajaan seharusnya menggunakan kuasanya untuk menyelesaikan masalah itu. Mengikut fahaman ini, semua individu perlu diberi perkhidmatan asas yang memuaskan seperti pelajaran, peluang ekonomik dan pelindungan daripada kejadian makro yang tidak ditentukan oleh mereka, seperti yang ditulis oleh John Dewey dan Mortimer Adler pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kepada liberalisme sosial, kemudahan-kemudahan ini dianggap sebagai hak. Ini adalah hak-hak positif yang berbeza secara kualitatif dari apa yang dibahaskan dari segi klasikal, iaitu hak-hak negatif yang hanya menuntut seseorang daripada mencabuli hak-hak orang lain. Menurut ahli-ahli liberalisme sosial, hak-hak positif ini perlu dibuat dan dibekalkan kepada orang ramai. Menurut mereka lagi, pastian hak-hak positif adalah objektif yang berterusan yang secara asasnya melindungi kebebasan. Sekolah, perpustakaan, muzium dan galeri seni hendaklah dibiayai dengan hasil cukai. Pemikir-pemikir liberalisme sosial menyokong sesetengah sekatan ke atas pesaing ekonomik seperti undang-undang "anti-trust" dan kawalan harga dan gaji. Kerajaan juga dianggap akan memberi kebajikan asas yang dibiayai dengan hasil cukai yang bertujuan untuk membolehkan penggunaan pekerja-pekerja yang terbaik di dalam masyarakat untuk menghalang revolusi ataupun hanya untuk kebaikan sejagat.
Solon dari Yunani.

Pergelutan di antara kebebasan ekonomi dan kesaksamaan sosial hampir setua dengan idea kebebasan itu sendiri. Plutarch yang menulis mengenai Solon (c. 639- c. 559 SM) yang merupakan ahli perundangan di Athens tua menyatakan:

"Solon mengambil berat tentang isu pengampunan hutang; itu adalah caranya untuk memperkuatkan kebebasan rakyat; tiada gunanya untuk undang-undang menyatakan bahawa semua lelaki mempunyai hak-hak yang sama adil tetapi yang miskin mesti mempergadaikan kebebasan mereka kerana hutang, dan, menyebabkan kerusi keadilan dan kesaksamaan, mahkamah, kerajaan dan tempat perbincangan awam dikuasai oleh orang-orang yang berharta." (Bahasa Inggeris: "The remission of debts was peculiar to Solon; it was his great means for confirming the citizens' liberty; for a mere law to give all men equal rights is but useless, if the poor must sacrifice those rights to their debts, and, in the very seats and sanctuaries of equality, the courts of justice, the offices of state, and the public discussions, be more than anywhere at the beck and bidding of the rich.")

Ahli-ahli liberal ekonomik melihat hak-hak positif sebagai melanggar hak-hak negatif dan oleh itu tidak sah. Dengan demikian, mereka melihat kerajaan hanya mempunyai peranan yang kecil. Ada liberal ekonomik yang berpendapat bahawa kerajaan tiada fungsi langsung dan ada juga seperti minarkis hendak mengecilkan peranan kerajaan kepada perundangan, keselamatan dan pertahanan. Liberal sosial sebaliknya ingin membentuk kerajaan yang menjamin kebajikan am rakyat dengan menyediakan makanan dan tempat perlindungan untuk orang yang tidak berupaya untuk menyediakan keperluan tersebut untuk dirinya sendiri, perkhidmatan perubatan, perkhidmatan persekolahan, pencen, kebajikan kanak-kanak dan yang kurang upaya termasuk orang-orang tua, masang-masang balapertaka semulajadi, perlindungan untuk pihak minoriti, pencegahan jenayah dan pembiayaian seni dan sains. Ini sekali gus meninggalkan idea kerajaan kecil. Kedua-dua jenis liberalisme mempunyai tujuan yang sama — kebebasan — tetapi mereka tidak bersetuju bagaimana cara yang paling baik atau yang paling bermoral untuk mencapai kebebasan. Sesetengah parti politik liberal menekankan liberalisme ekonomik dan sesetengah yang lain lebih mengemari liberalisme sosial. Parti konservatif selalu mendekati liberalisme ekonomik dan pada masa yang sama menolak liberalisme sosial dan budaya.

Kesemua bentuk liberalisme mempunyai pendapat di mana terdapat keseimbangan di antara tanggungjawab kerajaan dan peribadi di mana kerajaan perlu menjalankan peranan yang mana seseorang itu tidak mampu untuk membuatnya dengan sendiri melalui diri atau pihak swasta. Liberalisme telah merebak dengan luasnya di dunia moden yang akhirnya menyebabkan kerajaan-kerajaan dunia moden ini sekurang-kurangnya bercakap (dan tidak semestinya bertindak) mengenai kebebasan peribadi sebagai asas masyarakat.

[sunting] Perbandingan pengaruh

Pemikir-pemikir awal zaman kebangkitan Eropah membandingkan liberalisme dengan kuasa authoritarian "Ancien Regime", merkantilisme, feudalisme dan Gereja Roman Katolik. Kemudiannya, ahli-ahli falsafah yang lebih radikal mula menerangkan pemikiran mereka semasa Revolusi Perancis. Sepanjang kurun ke-19, liberalisme berdiri dengan berlawanan dengan sosialisme dan komunisme walaupun ahli-ahli liberal moden Eropah pada mulanya membentuk satu pakatan dengan parti-parti politik demokratik-sosialis. Di kurun ke-20, liberalism berdiri menentang totalitarianisme dan kolektivisme. Sesetengah liberal moden telah menolak teori klasikal Perang Adil yang mengutamakan keneutralan dan perdagangan bebas dan sebaliknya menerima campur tangan bersama dan keselamatan bersama.

Liberalisme mengemari campur tangan kerajaan yang minimal. Liberalisme anti-statis yang terlampau seperti yang diperjuangkan oleh Frederic Bastiat, Gustave de Molinari, Herbert Spencer, dan Auberon Herbert pula adalah satu aliran ekstrem yang dikenali sebagai anarkisme (tiada kerajaan) ataupun minarkisme (kerajaan yang kecil, kadang-kala "the nightwatchman state").[9] Aliran anti-kerajaan ini secara amnya dikenali sebagai libertarianisme. Kebanyakan liberal percaya bahawa kewujudan kerajaan adalah perlu untuk melindungi rakyat tetapi makna kerajaan di sini boleh bermaksud hanya satu badan pelindung hak-hak dan kerajaan Weberian. Baru-baru ini, liberalisme mula menentang mereka yang ingin mewujudkan satu masyarakat di mana agama menjadi kuasa tertinggi. Kumpulan-kumpulan Islamisme dan Kristian yang radikal menolak semua pemikiran liberal. Kumpulan-kumpulan berasaskan agama ini selalu melihat undang-undang dan cita-cita liberal selalu bercanggah dengan pendapat mereka.

[sunting] Perkembangan pemikiran liberal

[sunting] Asal-usul pemikiran liberal

John Locke (1632-1704)

Penekanan ke atas maksud kebebasan sebagai hak penting seseorang di dalam satu masyarakat telah acap kali berulang sepanjang sejarah manusia. Antara yang telah disebut adalah pesaingan di antara plebeian dan patrician semasa Empayar Roman dan perjuangan bandar negeri Itali dari Paus. Republik-republik Florence dan Venice mempunyai pilihanraya, undang-undang dan kebebasan berusaha sepanjang tahun 1400an sehingga penguasaan kuasa luar pada kurun ke-16. Pemberontakan Belanda terhadap tekanan Katholik Sepanyol yang dikenali sebagai Perang Lapan Puluh Tahun selalu difikirkan selalu asal-usal nilai-nilai liberal — walaupun Belanda enggan memberi kebebasan kepada orang-orang Katholik.

Sebagai satu ideologi, liberalisme boleh dikatakan berasal dari falsafah humanisme yang mula mempersoalkan kuasa Gereja semasa zaman Renaissance dan juga daripada pihak Whigs semasa Revolusi Gemilang di Great Britain yang mahu hak untuk memilih raja; ini boleh dilihat sebagai satu titik permulaan pemerintahan popular. Walaupun begitu, pergerakan yang benar-benar boleh dinamakan sebagai liberal bermula di masa Zaman Kebangkitan, secara khasnya, parti Whigs di Britain, ahli-ahli falsafah di Perancis dan pergerakan untuk pemerintahan sendiri di koloni British di New England. Pergerakan-pergerakan ini menentang pemerintahan beraja mutlak, merkantilisme dan bentuk-bentuk agama kuno dan berpaderi. Mereka juga adalah yang pertama memperlihatkan dasar hak-hak peribadi di bawah undang-undang dan just kepentingan pemerintahan sendiri melalui pilihanraya.

Liberalisme mula mengalami perubahan mendadak dengan membentukan pendapat yang menyatakan bahawa manusia bebas boleh membentuk asas masyarakat yang stabil. Pendapat ini pertama kalinya diketengahkan oleh John Locke (1632-1704) di dalam penulisannya bertajuk Two Treatises on Government. Di dalam tulisan itu John Locke memperkenalkan dua idea liberal yang penting: kebebasan ekonomi yang bermaksud kebebasan untuk berharta dan mempergunakannya, dah kebebasan hati (freedom of conscience) seperti yang dibentangkan di dalam A Letter Concerning Toleration (1689). Akan tetapi, beliau tidak memperluaskan idea-idea itu kepada orang Kristian Katholik. Beliau membina pendapat awal mengenai hak-hak semulajadi (natural rights) yang dilihatnya sebagai "kehidupan, kebebasan dan harta"". "Teori hak-hak semulajadi" beliaulah yang menjadi asas pembentukan idea hak-hak asasi manusia. Menurut Locke lagi, harta adalah lebih penting daripada hak untuk melibatkan diri di dalam kerajaan dan pembuatan keputusan awam; beliau tidak menyokong demokrasi kerana beliau takut kepada kemungkinan pemberian kuasa kepada orang ramai akan membolehkan orang ramai mengatasi hak-hak peribadi kepada harta. Walaupun begitu, idea hak-hak semulajadi menjadi asas pemikiran yang mengiakan Revolusi Amerika Syarikat dan Perancis.

John Locke (1632-1704)

Di benua Eropah, Charles de Secondat, Baron de Montesquieu memperjuangkan fahaman undang-undang yang mengekang kuasa raja-raja. Fahaman tersebut telah dicatatkan oleh beliau di dalam The Spirit of the Laws yang ia adalah "lebih baik untuk mengatakan kerajaan yang paling serasi dengan alam adalah kerajaan yang serasi dengan kehendak mereka yang menubuhkan kerajaan. (Inggeris: "Better is it to say, that the government most conformable to nature is that which best agrees with the humour and disposition of the people in whose favour it is established.") daripada menerima penggunaan kuasa. Ahli ekonomi politik Jean-Baptiste Say dan Destutt de Tracy tertarik kepada "keharmonian" pasaran dan kemungkinan besar, mereka berdualah yang mencipta frasa laissez-faire. Ini kemudiannya beransur-ansur menjadi asas kepada kumpulan fisiokrat dan politik ekonomi Rousseau.

Pada Zaman Kesedaran Akhir Perancis, dua tokoh mula mempengaruhi dan membentuk pemikiran liberal. Dua tokoh tersebut adalah Voltaire dan Jean-Jacques Rousseau. Voltaire mengatakan bahawa Perancis patut mengamalkan sistem raja berperlembagaan dan menamatkan instituti Estat Kedua. Rousseau pula memperjuangkan kebebasan semulajadi untuk manusia. Kedua-dua tokoh mahu membina sistem sosial yang baru di mana masyarakat boleh meletakkan batasan kepada kebebasan tetapi tidak boleh memusnahkannya, walaupun pendekatan mereka berbeza. Untuk Voltaire, pendekatannya adalah lebih intelektual manakala Rousseau pula menyentuhkan kebebasan semulajadi yang mungkin berkaitan dengan pendapat Diderot.

Anders Chydenius

Rousseau juga membicarakan mengenai kontrak sosial. Ia adalah satu konsep yang kerap dilihat di dalam sejarah pemikiran liberal. Beliau menekanan idea ini dari pendapat yang menyatakan bahawa kontrak sosial adalah satu perkara yang semulajadi dan seseorang individual itu lebih mengetahui tentang apa yang terbaik untuk dirinya. Masyarakat beraja di zaman Rousseau kurang senang dengan membicaraan Rousseau yang mengatakan setiap manusia itu dilahirkan bebas tetapi pendidikan adalah mencukupi untuk membataskan perilaku manusia itu di dalam masyarakat. Dari pendapat itu, beliau terus menyatakan bahawa kebebasan untuk menentukan masa depan sendiri adalah kehendak setiap negara. Sekali lagi, idea Rousseau ini adalah bertentangan dengan sistem politik di Perancis di masa itu. Idea-idea Rousseau merupakan unsur-unsur utama di dalam pengisytiharan Perhimpunan Kebangsaan Revolusi Perancis serta di dalam penulisan pemikir-pemikir Amerika seperti Benjamin Franklin dan Thomas Jefferson. Menurut Rousseau lagi, perpaduan sesuatu negara itu datang dari persetujuan bersama yang dikenali sebagai "kehendak kebangsaan". Perpaduan ini membolehkan sesuatu negara itu untuk wujud tanpa terikat kepada sistem sosial yang telah wujud sebelum ini, seperti aristokrasi.

Mereka yang menjadi pencetus-pencetus utama Zaman Kesedaran di Scotland seperti David Hume dan Adam Smith serta di Jerman seperti Immanuel Kant merupakan penyumbang-penyumbang utama kepada falsafah liberalisme awal.

David Hume banyak memperkembangkan pemikiran liberal. Sumbangan terpenting beliau adalah satu karya yang bertajuk A Treatise of Human Nature yang siap ditulis sekitar 1739 dan 1740. Di dalam penulisannya itu, beliau menyatakan bahawa segala percubaan untuk mengatur kehidupan seseorang individu akan diatasi oleh peraturan asasi pengaulan manusia. Kritikannya yang terhadap merkantilisme serta pengumpulan emas dan perak jelas menunjukan pendapatnya yang sehala dengan penulisannya. Beliau menyatakan bahawa harga adalah bersangkut-paut dengan jumlah wang dan pengumpulan wang serta pengeluaran wang kertas akan mengakibatkan inflasi.

Adam Smith

Walaupun Adam Smith merupakan pemikir ekonomi liberal yang terkenal, beliau bukanlah yang pertama. Para fisiokrat di Perancis adalah kumpulan yang terawal yang mencadangkan ekonomi politik dan pengaturan pasaran dengan sendirinya dikaji secara teratur. Kemudiannya pada tahun 1750, Benjamin Franklin menyokong kebebasan untuk perusahaan Amerika. Di Sweden-Finland, era kebebasan yang kerajaan berparlimen melahirkan seorang ahli parliment Finland yang bernama Anders Chydenius. Beliau adalah tokoh yang pertama yang mencadangkan perdagangan dan perusahaan yang bebas di dalam bukunya yang bertajuk The National Gain pada tahun 1765. Tulisan beliau bukan sahaja jelas mempengaruhi perkembangan politik dan ekonomi di negara-negara Nordik, tetapi juga di kawasan-kawasan lain di masa terkemudian.

Di sekitar abad yang ke-18, ahli ekonomi dan falsafah dari Scotland, Adam Smith (1723-1790) mula memperkenalkan satu teori yang mengatakan seseorang individu boleh membina kehidupan bermoral dan berekonomi tanpa bimbingan atau arahan daripada negara. Tambahan lagi, sesuatu negara itu akan menjadi kuat apabila rakyatnya bebas. Smith mengetengahkan idea untuk mengakhirkan sistem feudal, polisi-polisi merkantilisme, monopoli negara dan memperkenalkan kerajaan "laissez-faire", iaitu satu kerajaan berasaskan pasaran bebas. Di dalam The Theory of Moral Sentiments (1759), Smith menulis tentang teori motivasi yang cuba untuk mengamankan perasaan yang menekanan kepentingan sendiri serta ketidakaturan sosial.

Immanuel Kant

Beliau memperkatakan lagi di dalam The Wealth of Nations yang ditulis pada tahun 1776 yang pasaran di bawah sesuatu syarat akan mengaturi sistemnya dengan sendirinya dan akan mengeluarkan lebih banyak barangan daripada satu pasaran yang terkawal yang menjadi satu perkara yang biasa diwaktu itu. Beliau hanya membenarkan kerajaan mememang tanggungjawab yang tidak dapat dilakukan oleh badan yang bergantung kepada keuntungan seperti menghalang seseorang daripada menggunakan kekasaran atau penipuan untuk menghalang persaingan, perdagangan ataupun pengeluaran. Teori pencukaian beliau menerangkan bahawa kerajaan hanya patut mengenaikan cukai dengan cara yang tidak mengugat kesejahteraan ekonomi, dan "setiap rakyat sesuatu negara patut menyokong negara sebanyak boleh mengikut kebolehan sendiri; dengan ini, bermaksud hanya sebahagian daripada pendapatan mereka yang diperolehi dibawah perlindungan negara.[10] Beliau bersetuju dengan Hume yang modal, bukan emas adalah sumber kekayaan sesuatu negara.

Pemikiran Hume yang memperkenalkan empirikisme dan rasionalime sangat mempengaruhi Immanuel Kant. Sumbangan terhebat Kant kepada liberalisme adalah di dalam bidang etika, terutamanya penekanan beliau tentang kepentingan kategori. Menurutnya, penerimaan sistem pemikiran dan moral mematuhi peraturan semula jadi dan oleh itu, sebarang usaha untuk mengugat peraturan itu akan gagal sama sekali. Idealisme beliau menjadi semakin berpengaruh apabila masa berlalu kerana beliau berkata kebenaran mutlak adalah asas pengetahuan. Ini amat menyokong pendapat yang terhasil semasa Zaman Kesedaran Inggeris yang menekankan hak-hak asasi

[sunting] Liberalisme diperkayakan

Pemikir-pemikir liberal awal membentuk idea-idea mereka di dalam anggapan yang hanya berkesan di dalam sistem beraja dan juga masyarakat yang mana sistem kelas dan institusi agama adalah satu perkara biasa. Walaupun Wars of the Three Kingdoms telah mewujudkan Komanwel England yang bersifat republik di antara tahun 1649 dan 1660, konsep di mana seseorang insan biasa boleh memerintah dirinya sendiri telah didiamkan selepas sistem beraja berjaya dihidupkan semula semasa English Restoration. Pendapat individualisme itu hanya wujud di dalam muka buku sehingga Revolusi Amerika dan Perancis tercetus. Satu lagi kejadian yang mempopularkan konsep itu adalah Glorious Revolution yang berlaku di dalam tahun 1688. Akan tetapi, revolusi itu mengantikan satu raja dengan raja yang lain. Walaupun begitu, ia menguatkan Parlimen Britain sambil mengurangkan kuasa raja. Kedua-dua Revolusi Amerika dan Perancis memeluk apa yang diperkatakan oleh Rights of Man karangan Thomas Paine. Idea bersifat republik yang didokong oleh pihak Radikal mempengaruhi revolusi-revolusi ini yang kemudiannya menjadi contoh-contoh penting untuk para liberal yang mendatang. Selepas itu, para liberal mula menolak tradisi yang sedia ada.

Thomas Paine, Thomas Jefferson dan John Adam merupakan tokoh-tokoh yang berjaya memujuk peneroka-peneroka New England untuk menentang kuasa Britain di atas nama "kehidupan, kebebasan dan kesenangan"[11]. Ini adalah apa yang diperkatakan oleh Locke dengan satu perbezaan. Jefferson yang ditentang Alexander Hamilton meletakkan kesenangan di mana Locke meletakkan harta. Dari situ kemudiannya, "Eksperimen Amerika" menekankan kerajaan demokratik dan kebebasan peribadi.

James Madison adalah seorang tokoh generasi pemikir politik Amerika yang seterusnya menyokong sistem republik. Menurutnya, sesuatu republik yang mengurus negaranya sendiri bergantung ke atas persaingan di antara kepentingan-kepentingan yang berbeza. Ini akan melindungi hak-hak minoriti. Perlembagaan Amerika Syarikat mewujudkan satu sistem timbang balas: hak-hak kerajaan persekutuan yang bersaing dengan hak-hak kerajaan negeri; kuasa yang terbahagi di antara sayap eksekutif, kehakiman dan perundangan; dan bikameralisme di dalam bidang kehakiman. Semua ini memastikan kebebasan individu supaya tidak bergantung kepada mana-mana satu pengaruh. Tentara dipandang dengan penuh curiga. Ini dibandingkan dengan kepercayaan yang pasukan militia sudah cukup untuk menjaga keselamatan dan pertahanan sesuatu masyarakat serta satu tentera laut untuk memastikan perdagangan akan berterusan tanpa digugat oleh lanun ataupun mana-mana pihak.

Pengisytiharan Hak-hak Manusia dan Rakyat

Di seberang Lautan Atlantik, Revolusi Perancis telah mengulingkan raja, aristokrat dan institusi Geraja Roman Katolik. Perubahan ini adalah lebih mendadak dan penuh dengan pertumpahan daripada Revolusi Amerika Syarikat. Satu kejadian yang penuh bersejarah berlaku apabila perwakilan di dalam Estet Ketiga mengisytiharkan bahawa golongan ini adalah perwakilan kebangsaan dan oleh itu mempunyai hak untuk mewakili seluruh rakyat Perancis. Untuk beberapa tahun yang awal, revolusi ini berlandaskan kepada idea-idea liberal tetapi perjalanan dari revolusi ke kestabilan terbukti lebih sukar dari apa yang dialami oleh Amerika Syarikat. Selain daripada tradisi Zaman Kesedaran yang sedia ada, beberapa tokoh-tokoh awal revolusi Perancis seperti Lafayette yang menyertai Peperangan Kemerdekaan Amerika Syarikat telah membawa pulang idea-idea liberal baru yang popular di Amerika ke Perancis. Di bawah pemerintahan Maximilien Robespierre kemudiannya, satu kumpulan Jacobin telah memusatkan kuasa kepada mereka sendiri dan mula tidak mengedahkan undang-undang dan peraturan-peraturan yang akhirnya menyebabkan berlakunya Reign of Terror. Walaupun apa yang diperjuangkan adalah republik berperlembagaan, seorang tokoh politik dan tentera semasa revolusi iaitu Napoleon Bonaparte menjadi maharaja dari konsul dan seorang direktor pada mulanya. Sebelum Napolean meninggalkan dunia, beliau mengaku yang "Mereka mahukan seorang Washington"[12]. Ini bermaksud seorang pemimpin yang boleh menubuhkan satu negara dengan kekuatan tentera tanpa satu kehendak untuk mewujudkan satu dinasti. Walaupun Revolusi Perancis gagal mencapai apa yang dicapai oleh Amerika pada masa itu, Revolusi Perancis lama-kelamaan berjaya mewujudkan satu masyarakat yang memeluk idea-idea liberal lebih erat daripada rakyat Amerika Syarikat dengan memperkenalkan undian umum untuk semua lelaki, kerakyatan kebangsaan dan satu dokumen seperti Bill of Rights Amerika syarikat, iaitu Pengisytiharan Hak-hak Manusia dan Rakyat yang berpengaruh. Tambahan lagi, kempen peperangan yang diketuai oleh Napolean membolehkan idea-idea liberal disebarkan ke seluruh Eropah.

Langkah-langkah Amerika Syarikat dan Perancis selepas itu akan menjadi contoh untuk diikuti oleh negara-negara lain. Pengulingan sistem beraja Sepanyol oleh tentera Perancis yang diketuai Napoleon pada tahun 1808 memperkuatkan gerakan kemerdekaan di Amerika Selatan yang sering bergantung kepada liberalisme sebagai pilihan alternatif terhadap korporatisme, monarki dan kolonialisme. Pergerakan yang dipimpin oleh Simón Bolívar di negara-negara Pengunungan Andes berusaha membina kerajaan berperlembagaan, hak-hak peribadi dan perdagangan bebas. Pergolakan di antara para liberal dan korporatis yang konsevatif terus berlangsungan di seluruh benua tersebut dengan para liberal yang menentang kuasa paderi seperti Benito Juárez dari Mexico mengkritik kuasa Gereja Roman Katolik.

Perubahan masyarakat Eropah ke liberalisme kadang-kala berlaku menerusi revolusi ataupun gerakan pemisah yang kasar. Revolusi dan tentangan liberal banyak berulang di separuh pertama abad ke-19. Ini bagaimanapun tidak benar untuk Britain dan banyak negara lain di mana proses berubahan berlangsung tanpa pertumpahan darah, walaupun tidak seratus peratus aman. Gerakan anti-klerikalisme yang ganas semasa Revolusi Perancis dilihat oleh musuh-musuh revolusi sebagai sifat liberalisme yang khusus, walaupun pada masa yang sama, para liberal sendiri menjadi mangsa keganasan Jacobin.

Dengan tibanya zaman romantisme, pergerakan liberal mula berganjak dari cadangan untuk perubahan untuk kerajaan yang sedia ada kepada pemintaan untuk perubahan. Revolusi Amerika dan Perancis menambah "demokrasi" ke dalam senarai yang mengandungi nilai-nilai liberalisme. Pendapat yang percaya bahawa seseorang itu merdeka dan mampu untuk merangka dan menguat kuasa undang-undang dan peraturan mula bergerak melepasi apa yang disarankan oleh pemikir-pemikir Zaman Kebangkitan. Mulai dari sini, liberalisme tidak lagi menekankan hak-hak peribadi di dalam sempadan sesuatu negara tetapi berpendapat yang kuasa negara datang dari sifat semula jadi manusia, diberikan oleh tuhan atau dari perjanjian di antara yang dipimpin dan yang memimpim.[13] Ini memperluaskan lagi jurang di antara pemimpin-pemimpin autokratik dengan para liberal, mengurangkan kemungkinan satu kompromi dicapai. Di kalangan penyokong-penyokong monarkisme, ini membolehkan keganasan dilakukan untuk mengembalikan kesusilaan.

The Social Contract, Or Principles of Political Right (1762) oleh Jean-Jacques Rousseau. Edisi cetakan haram dari Jerman[14]

Sifat perjanjian pemikiran liberal adalah satu perkara yang penting. Salah satu aliran yang memenuhi pemikiran liberalisme awal adalah kenyataan yang individu membuat perjanjian dan memiliki harta. Ini mungkin tidak kelihatan radikal sekarang tetapi kebanyakan undang-undang kehartaan pada masa lampau menyatakan yang harta adalah dimiliki oleh keluarga atau seseorang yang tertentu di dalam keluarga itu, seperti ketua keluarga. Perjanjian dibuat melalui hubungan fuedal dan kesetiaan peribadi dan bukan melalui pertukaran perkhidmatan ataupun barangan. Dengan secara perlahan, pandangan liberal mula memperkenalkan perjanjian melalui kerelaan sebagai batu asas yang membina kerajaan dan undang-undang yang adil. Ini telah diperjuangkan oleh Rouseau dengan pegangannya kepada konsep kontrak sosial.

Ada beberapa revolusi di antara 1774 dan 1848 yang mahu perhatian lebih diberikan kepada kepentingan individu di dalam masyarakat. Dengan kata lain, permintaan untuk pemerintahan sendiri. Pendapat ini membakar gerakan-gerakan pemisahan seperti yang berlaku dengan jajahan-jajahn Sepanyol di Amerika dan Revolusi Amerika. Para liberal dari Eropah, terutamanya selepas Perlembagaan Perancis 1793, sering memikirkan pemerintahan demokrasi merupakan satu pemerintahan majoriti oleh mereka yang tidak bertanah yang mengbahayakan kedudukan harta persendirian. Liberal demokrat seperti de Tocqueville walau bagaimanapun tidak bersetuju dengan pendapat itu. Kehartaan di bawah sistem fuedalisme, para liberal menyokong penyatuan ke arah kebebasan. Contoh-contoh terbaik dapat dilihat di negara Jerman dan Itali. Sebagai sebahagian dari program revolusi, kepentingan pendidikan menjadi satu nilai pokok dalam pemikiran mengenai kebebasan seperti yang ditekankan berulang kali oleh Erasmus.

Pada masa yang sama, parti-parti politik liberal di kebanyakan negera Eropah semakin aktif meminta kerajaan berparlimen, perwakilan yang luas, perkembangan polisi-polisi liberal dan penciptaan kuasa untuk membatasi pengaruh raja. Liberalisme politik selalu dipimpin oleh liberalisme ekonomi. Secara tepatnya, ini bermaksud pengakhiran sistem fuedal, monopoli raja, pembatasan terhadap hak-hak kehartaan serta undang-undang yang tidak membenarkan perbadanan institusi ekonomi. Perkembangan ini bukan sahaja berlaku di negara-negara liberal tetapi juga di negara-negara autokratik seperti Turki, Russia dan Jepun. Apabila Empayar Russia mula mengadapi masalah-masalah besar yang timbul daripada kegagalan ekonomi dan kekalahan peperangan, parti politik liberal mula menguasai dewan perwakilan negara tersebut, Duma dan pada tahun 1905 dan 1917, berlakunya usaha untuk menggulingkan kerajaan. Kemudiannya, Piero Gobetti mula menulis tentang "Revolusi Liberal" yang diperkatakan oleh beliau sebagai nilai radikal yang ada di dalam liberalisme. Satu lagi contoh revolusi liberal berlaku di Ecuador di mana Eloy Alfaro pada tahun 1895 mengepalai satu pergerakanl liberal radikal yang mahu mewujudkan negara sekular, undang-undang perkahwinan yang terbuka dan pembinaan infrastruktur untuk membolehkan ekonomi tumbuh yang lebih mantap.

[sunting] Perbezaan pendapat dan perpecahan

[sunting] Peranan-peranan negara

Diakhir abad yang ke-19, terdapat satu golongan liberal yang besar yang berpendapat bahawa untuk menjadi bebas, seseorang itu perlukan beberapa pengisian termasuk pendidikan dan perlindungan dari ekspotasi. Pada 1911, L.T. Hobhouse menerbitkan penulisan bertajuk Liberalism,[15] yang merumuskan tentang liberalism baru, termasuk penerimaan campur tangan kerajaan di dalam ekonomi dan hak-hak bersama ke atas kesamarataan di dalam perhubungan yang diberi nama "kerelaan yang adil".[16]

Ada yang menentang perkembangan baru untuk dengan menjadi anti-kerajaan dan di dalam beberapa kejadian, sesetengah mengdakap falsafah anarkisme. Gustave de Molinari[17] di Perancis and Herbert Spencer[18] di England adalah antara tokoh-tokoh yang mempunyai pendirian ini.

[sunting] Hak-hak dan utilitarianisme

Wilhelm von Humboldt
John Stuart Mill

Seorang Jerman yang bernama Wilhelm von Humboldt telah membentuk satu konsep liberalisme yang moden di dalam bukunya yang bertajuk The Limits of State Action.[19]

John Stuart Mill pula telah memashur dan mengembangkan idea itu di dalam On Liberty (1859) dan hasil tulisannya yang lain. Beliau menentang pendapat kolektivis dan pada masa yang sama menekankan tahap hidup seseorang individu. Beliau juga menyokong pergerakan yang memperjuangkan hak wanita untuk mengundi dan kemudiannya, koperasi buruh.

Salah satu sumbangan Mill adalah falsafah utilitarianisme yang cuba mengiakan liberalisme. Beliau mendirikan idea-idea liberal secara pramatik dengan menyatukan idea kebebasan yang diperkatakan oleh pemikir-pemikir liberal Perancis seperti Jean-Jacques Rousseau dan pemikir-pemikir Britain seperti John Locke yang mengambil berat tentang hak-hak.


[sunting] Demokrasi dan liberalisme

Hubungan di antara demokrasi dan liberalisme boleh dirumuskan oleh Winston Churchill. Beliau berkata "...demokrasi adalah bentuk kerajaan yang paling teruk tetapi semua bentuk lain telah dicuba...".[20] Tiada apa di dalam demokrasi yang memastikan kebebasan tidak tercabar kecuali kezaliman oleh pihak majoriti. Konsep demokrasi liberal kemudiannya diperkenalkan untuk membolehkan demokrasi dan liberalisme wujud bersama.[21] Liberalisme diterima ramai selepas absolutisme digantikan dengan kerajaan terbatas di mana kerajaan wujud dengan kerelaan rakyat. Idea kerelaan itu bermaksud demokrasi. Pada masa yang sama, pemikir-pemikir liberalisme awal sangat sedar akan keburukan mob rule jadi mereka membentuk perlembagaan untuk membatasi kuasa kerajaan berdemokrasi dengan memisahkan kuasa kerajaan di antara tiga cabang. Bagi para liberal, demokrasi bukan pengakhir kata tetapi hanya satu jalan untuk menjamin kebebasan, individualisme dan kepelbagaian pendapat.[22]

[sunting] Radikalisme dan liberalisme

Beberapa negara Eropah dan Amerika Selatan pada abad ke-19 dan awal ke-20 menunjukan satu kecenderongan politik yang radikal yang mengatasi idea liberalisme. Pada masa yang sama, sesetengah idea-idea radikalisme mula menyerapi para liberal yang kemudiannya menjadi lebih sanggup melihat perubahan demokratik berbanding para liberal yang asal. Di Britain, para radikal bersatu dengan para liberal daripada Whig Party di dalam Liberal Party. Di negara lain termasuk Bulgaria, Denmark, Sepanyol, Belanda, Argentina dan Chile, para liberal bersayap kiri mengasas parti politik radikal mereka yang mempunyai pelbagai nama; di Switzerland dan di Jerman, parti itu diberi nama Freisinn; [23][24] Ini tidak bermakna semua parti radikal diasaskan dengan nilai-nilai liberal sayap kiri. Di sastera politik Perancis, ia adalah satu perkara biasa untuk memisahkan liberalisme dan radikalisme. Di Serbia, kedua-dua falsafah tidak langsung mempunyai kesamaan. Tetapi, para radikalisme Perancis menyertai pergerakan liberal antarabangsa di separuh pertama abad ke-20 seperti yang tertulis di dalam Entente Internationale des Partis Radicaux et des Partis Démocratiques similaires[25]

[sunting] Zaman Kemelesetan Sedunia dan liberalisme

Franklin D. Roosevelt

Walaupun terdapat perdebatan tentang kewujudan negara kapitalis laissez-faire pada 1930-an[26], Zaman Kemelesetan Sedunia ditahun 1930-an mengurangkan keyakinan orang ramai terhadap kapitalisme dan motif keuntungan. Orang ramai juga mula percaya yang pasaran bebas gagal membawa kesejateraan dan mengatasi kemiskinan. Pemikiran para liberal mula terganggu dengan kacau-bilau politik serta kehadiran sekatan ke atas kebebasan yang dipercayai berlaku akibat pengagihan kekayaan yang tidak sama rata. John Dewey, John Maynard Keynes dan Franklin D. Roosevelt merupakan para liberal yang baru yang berpegang kepada pendapat yang menyokong pembesaran saiz kerajaan untuk melindungi kebebasan dengan membolehkan kapitalisme berterusan disamping menghalang kegiatan ekonomi yang berlebihan. Para liberal yang lain yang berpengaruh pula seperti penulis The Road to Serfdom, Friedrich Hayek, berpegang bahawa Zaman Kemelesatan Sedunia dan Perang Dunia Kedua adalah kejadian-kejadian yang tiada kaitan dengan liberalisme asal dan oleh itu, menolak cadangan para liberal baru untuk menguatkan lagi kuasa kerajaan di dalam pasaran.

[sunting] Bacaan selanjutnya

Penulisan dan sumbangan pemikir-pemikir liberal boleh dibaca di Sumbangan-sumbangan kepada teori liberal.

[sunting] Bahasa Inggeris

[sunting] Bahasa Belanda

  • de Beus, J. W.; and Percy B. Lehning (eds.) (1990). Beleid voor de vrije samenleving: politiek-theoretische opstellen, Meppel: Boom. ISBN 90-6009-898-6.
  • Charmant, Hans; and Percy B. Lehning (1989). Afscheid van de Verlichting: liberale verwarring over het eigen filosofisch fundament, Rotterdam: Donner. ISBN 90-5255-051-4.
  • Groenveld, K.; H. J. Lutke Schipholt, and J. H. C. van Zanen (eds.) (1989). De liberale speurtocht voortgezet: een symposium over de grondslagen van het liberalisme, The Hague: B. M. Teldersstichting.
  • Kinneging, A. A. M. (et al.) (1988). Liberalisme: een speurtocht naar de filosofische grondslagen, The Hague: B. M. Teldersstichting.
  • Verhofstadt, Dirk (2002). Het menselijk liberalisme: een antwoord op het antiglobalisme, Antwerp: Houtekiet. ISBN 90-5240-671-5.
  • Verhofstadt, Dirk (2004). Pleidooi voor individualisme, Antwerp: Houtekiet. ISBN 90-5240-766-5.
  • Verhofstadt, Dirk (2004). De derde feministische golf, Antwerp: Houtekiet. ISBN 90-5240-915-3.

[sunting] Bahasa Perancis

[sunting] Bahasa Jerman

  • Becker, Werner (1982). Die Freiheit, die wir meinen: Entscheidung für die liberale Demokratie, Munich: Piper. ISBN 3-492-02761-X.
  • Flach, Karl Hermann (1971). Noch eine Chance für die Liberalen; oder, die Zukunft der Freiheit, Frankfurt: S. Fischer. ISBN 3-10-021001-8.
  • Gall, Lothar (1985). Liberalismus, edisi 3rd ed., Königstein im Taunus: Athenäum. ISBN 3-7610-7255-4.

[sunting] Rujukan

[sunting] Catatan

  1. A: "'Liberalism' is defined as a social ethic that advocates liberty, and equality in general." - Coady, C. A. J. Distributive Justice, A Companion to Contemporary Political Philosophy, editor: Goodin, Robert E. and Pettit, Philip. Blackwell Publishing, 1995, m/s 440. B: "Liberty is not a means to a higher political end. It is itself the highest political end." - Lord Acton
  2. 2.0 2.1 Oxford Manifesto 1997
  3. Bandingkan Oxford Manifesto 1947 oleh Liberal International (Respect for the language, faith, laws and customs of national minorities), Oxford Manifesto 1997 (We believe that close cooperation among democratic societies through global and regional organizations, within the framework of international law, of respect for human rights, the rights of national and ethnic minorities, and of a shared commitment to economic development worldwide, is the necessary foundation for world peace and for economic and environmental sustainability), ELDR Electoral programme 1994 (Protecting the rights of minorities flows naturally from liberal policy, which seeks to ensure equal opportunities for everyone) dan contohnya ucapan "I have a dream" oleh Martin Luther King
  4. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal International (These rights and conditions can be secured only by true democracy. True democracy is inseparable from political liberty and is based on the conscious, free and enlightened consent of the majority, expressed through a free and secret ballot, with due respect for the liberties and opinions of minorities)
  5. Britannica Concise Encyclopedia: Liberalism
  6. Paul E. Sigmund, editor, The Selected Political Writings of John Locke, Norton, 2003, ISBN 0-393-96451-5
  7. Thomas Jefferson, Perisytiharan Kemerdekaan, 4 Julai 1776.
  8. Hel. M. Williams, Sk. Fr. Rep. I. xi. 113," (dianggap Helen Maria Williams) Sketches of the State of Manners and Opinions in the French Republic, 1801. Disebut di dalam Oxford English Dictionary.
  9. Laman web Molinari Institute menamakan aliran ini sebagai "Anarkisme Pasaran".
  10. "The subjects of every state ought to contribute towards the support of the government, as nearly as possible, in proportion to their respective abilities; that is, in proportion to the revenue which they respectively enjoy under the protection of the state."
  11. "...life, liberty and the pursuit of happiness"
  12. "They wanted another Washington"
  13. "The just consent of the governed"
  14. R.A. Leigh, Unsolved Problems in the Bibliography of J.-J. Rousseau, Cambridge, 1990, plate 22.
  15. L.T. Hobhouse: Liberalism, 1911.
  16. Just consent.
  17. Gustave de Molinari: The Private Production of Security, 1849.
  18. Herbert Spencer: The Right to Ignore the State, 1851.
  19. Wilhelm von Humboldt: The Limits of State Action, 1792.
  20. "...democracy is the worst form of Government except all those other forms have been tried..."
  21. Anthony Alblaster: The Rise and Decline of Western Liberalism, New York, Basil Blackwell, 1984, page 353
  22. Bandingkan dengan tulisan Guide de Ruggeiro The History of European Liberalism, Bacon press, 1954, page 379
  23. See for more information the Liberale und radikale Parteien in Klaus von Beyme: Parteien in westlichen Demokratien, München, 1982
  24. Compare page 255 and further in the Guide to the Political Parties of South America (Pelican Books, 1973
  25. Lihat muka 1 dan A sense of liberty oleh Julie Smith, diterbitkan oleh Liberal International in 1997.
  26. http://www.mackinac.org/archives/1998/sp1998-01.pdf

[sunting] Rujukan-rujukan lain

  • Michael Scott Christofferson "An Antitotalitarian History of the French Revolution: François Furet's Penser la Révolution française in the Intellectual Politics of the Late 1970s" (in French Historical Studies, Fall 1999)
  • Piero Gobetti La Rivoluzione liberale. Saggio sulla lotta politica in Italia, Bologna, Rocca San Casciano, 1924

[sunting] Pautan-pautan luar

Wiktionary-logo-en.png
Pengertian Liberalisme dalam Wiktionary bahasa Melayu, sebuah kamus bebas.